TEMPO.CO, Jakarta - Tidak sepatah katapun keluar dari mulut S, 55 tahun, ayah RI sekaligus tersangka pemerkosa bocah itu. Kepolisian Daerah Metro Jaya sore ini memajang S di hadapan puluhan pewarta, Jumat 18 Januari 2013.
Perawakan pria ini kecil. Tingginya tak lebih dari 150 sentimeter. Kulitnya hitam legam. Wajah keriputnya terus ditekuk selama kamera wartawan berebut memotret.
Selama sekira tujuh menit S didudukkan di sebuah kursi di ruang pertemuan utama Markas Polda Metro. Posisinya memunggungi wartawan. Ketika para pewarta berebut bertanya, "Apakah Anda menyesal?", S cuma diam dan menunduk.
Begitu terus reaksinya meski dihujani pertanyaan dan cacian dari wartawan. "Kenapa Anda melakukan ini pada RI?", jurnalis belum putus asa bertanya. Namun S tetap bergeming.
Kepala Kepolisian Resor Jakarta Timur, Komisaris Besar Mulyadi Kaharni bercerita sekilas soal pria yang sudah menikah dua kali itu. Total dia punya dua anak laki-laki dan dua perempuan. RI adalah anak bungsunya. "Satu kakak perempuan sudah menikah, satu lagi masih sekolah."
Menurut Mulyadi, di antara anak-anak itu, RI adalah yang intensitas interaksinya dengan orang tua cukup sering. Sebab, "RI masuk sekolah jam 1 siang. Kalau pagi, dia di rumah. Kakaknya sekolah jam 7 pagi sampai jam 1. Jadi, dia banyak ketemu bapak dan ibunya, abangnya, kakak iparnya di rumah."
Keluarga ini tinggal di rumah ukuran 4x7 meter. Maklum, S memang hanya berprofesi sebagai pemulung. Di rumah yang cuma terdiri dari satu ruangan itu, mereka tidur berhimpitan bersama.
Tak disangka, S tega menggauli putri kecilnya sendiri, dua kali ketika sang istri terbaring di rumah sakit akibat tumor ketiak Oktober lalu. RI bungkam soal ini. Kata Mulyadi, "Karena dia orang yang disegani, dewa dalam rumah tangga." RI tak berdaya mengungkap tindakan bejat ayahnya.
S yang sudah mengenal seks bebas sejak belia ternyata berpenyakit kelamin. RI yang malang pun tak luput dari luka infeksi di alat vitalnya hingga 6 Januari lalu meninggal dunia.
ATMI PERTIWI