TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian menggandeng pedagang Terminal Pulogadung untuk memata-matai preman di kawasan tersebut. Upaya ini dilakukan untuk menekan angka kejahatan jalanan di terminal terbesar di Jakarta ini.
"Polisi kan tidak bisa di sini setiap hari selama 24 jam. Jadi, perlu kemitraan," kata Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur, Komisaris Besar Mulyadi Kaharni, pada Selasa, 16 April 2013 di Terminal Pulogadung. "Jadi, kalau ada kejadian kami bisa minta bantuan pedagang."
Menurut dia, para pedagang lah yang lebih mengenal suasana sekitar. Sehingga mereka bisa paham mana orang yang benar-benar mencari nafkah atau menjadi pemalak.
Mulyadi mengatakan jika program ini sukses di Terminal Pulogadung, maka akan diterapkan di terminal lain. "Terminal menjadi sorotan utama dari tingkat kriminalnya, maka kami antisipasi dari akarnya dulu," ujar dia.
Selain itu, Kepolisian juga akan memberdayakan para pedagang atau pengangguran yang ada di sekitar terminal untuk masuk program "Polisi Peduli Pengangguran". "Agar mereka ada pekerjaan tetap," ujarnya.
Ida, 45 tahun, salah seorang pedagang asongan, mengaku senang dengan program menjadi mata-mata ini. Alasannya, dia kerap disangka preman. "Kami cuma cari makan dari jualan, tapi sering dikira macam-macam," katanya. Dengan program ini, dia berharap polisi tidak sembarangan merazia.
SYAILENDRA
Baca juga:
EDISI KHUSUS Tipu-Tipu Jagad Maya
Bom Boston, Ini Kesaksian Jurnalis Boston.com
Bom Boston Sebenarnya Ada 7, Meledak 2
Wawancara dengan Ustad Berpengaruh di New York