TEMPO.CO, Jakarta - Firdaus Ali, pakar teknik lingkungan sekaligus penggagas multi-purpose deep tunnel meminta Gubernur DKI Joko Widodo membentuk tim khusus untuk menangani rencana pembangunan terowongan raksasa itu. "Perlu dibentuk tim ad hoc," ujarnya ketika dihubungi Tempo, Sabtu 15 Juni 2013.
Menurut Firdaus, setelah DPRD DKI menyetujui deep tunnel masuk dalam rancangan pembangunan jangka menengah daerah April 2013, langkah konkret selanjutnya tergantung Jokowi. "Bola ada di tangan Jokowi."
Tim ini penting untuk membuat studi kelayakan atau feasibility study (FS). Setelah FS rampung, barulah lelang tender proyek deep tunnel bisa dibuka. Sebab, FS merupakan acuan bagi peserta tender dalam mengajukan tawaran teknis pembangunan. "Kami yang menentukan standar melalui FS itu," kata Firdaus.
Akademisi Universitas Indonesia ini mengaku sudah dihubungi sejumlah investor dari berbagai negara yang tertarik membangun deep tunnel. Mereka berasal dari Jerman, Jepang, Korea Selatan, Cina, Singapura, dan Ceko. "Mereka terus mengejar, tapi butuh klarifikasi FS dari pemerintah." (Baca: Perbandingan Deep Tunnel Jakarta dengan Negara Lain)
Kata Firdaus, investor menilai proyek ini prestisius. Konsep deep tunnel Jakarta diklaim pertama ada di dunia karena menggabungkan lima fungsi sekaligus, yaitu pengendali banjir, saluran limbah, jalan tol, penyuplai air baku, serta saluran pipa utilitas untuk serat optik maupun kabel listrik.
Perhitungan Firdaus, deep tunnel menelan biaya Rp 28-31 triliun. Terowongan sepanjang 26 kilometer dan lebar 16 meter ini dirancang dari Balaikambang, Pasar Minggu-MT Haryono-Manggarai-Tanah Abang-Roxy-Pluit.
Ingin tahu perubahan apa saja dalam delapan bulan pemerintahan Jokowi-Ahok? Klik di sini.
ATMI PERTIWI
Berita Lainnya:
Janji Ahok Busway Melintas Tiap 3 Menit
Ahok, Amarah dan Data
Ulang Tahun, Jokowi Banjir Pesan di Twitter
Jokowi-Ahok Diminta Hati-hati Reformasi Birokrasi
Lelang Camat-Lurah, Kebijakan Paling Reformis