TEMPO.CO, Jakarta - Aiptu Dwiyatna biasa menunaikan salat subuh berjemaah di masjid setiap hari. Sesudah salat, Dwiyatna melengkapi ibadahnya dengan memberikan kultum bagi jemaah masjid.
Tepat pukul 04.20, Aiptu Dwiyatna meninggalkan rumahnya di Pamulang Barat, Rabu, 7 Agustus 2013. Dengan menggunakan sepeda motor Suzuki Smash bernomor polisi 2643-31 VI, ia menuju masjid untuk menunaikan salat subuh. Tepat pukul 04.30, Dwiyatna melintas di depan Rumah Sakit Sari Asih, Jalan Otista Raya, Kelurahan Sasak Tinggi, Ciputat.
Di depan RS Sari Asih itulah, Dwiyatna tertembak. Seorang saksi mendengar satu kali letusan pistol. Saksi yang tengah merokok dan meminum kopi itu menghentikan aktivitasnya dan mendekat ke sumber suara. Tak lama, dia melihat seseorang jatuh dari sepeda motor yang dikendarainya. Dia adalah Aiptu Dwiyatna.
Dibantu warga sekitar, saksi membawa Aiptu Dwiyatna ke UGD RS Sari Asih, Ciputat, untuk mendapatkan pertolongan. Namun, nyawa polisi berusia 50 tahun tersebut tak tertolong.
Kapolsek Cilandak Komisaris H.M. Sungkono menjelaskan, lokasi penembakan berada pada jarak 3 hingga 4 kilometer dari rumah dan sekitar 200 meter sebelum masjid tersebut. “Insiden terjadi saat Aiptu Dwiyatna ingin melaksanakan salat di salah satu masjid di jalan tersebut," katanya.
RINA ATMASARI
Topik terhangat:
Ahok vs Lulung | Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri