TEMPO.CO, Subang - Walang bin Kilon, 54 tahun, pengemis "tajir" asal Kampung Waladin, Desa Pasir Bungur, Kecamatan Purwadadi, ternyata sedang membangun sebuah rumah permanen.
Di Kampung Waladin yang dikenal kumuh itu, rumah permanen setengah jadi milik Walang tersebut tampak masih belum dibungkus semen. Semua bagian dinding dalam dan luar rumah masih tampak dalam bentuk tembok kasar.
"Beberapa waktu lalu ditinggalkan Walang ke Jakarta," kata Sakum, tetangganya. Rumah berukuran 5X5 meter persegi itu kini dihuni anak laki-laki dan perempuannya. Adapun istrinya sudah meninggal dunia beberapa waktu lalu.
Ia ke Jakarta mengajak serta tetangga dekatnya, Saaran, 70 tahun. Mereka berangkat ke Jakarta berbekal sebuah gerobak yang dibuatnya di rumah.
Kecuali membawa gerobak, tutur Sakum, Walang juga konon membawa fulus puluhan juta rupiah hasil menjual dua sapinya. "Duit tersebut katanya buat daftar naik haji," tutur Sakum.
Makanya, ia yakin duit yang ditemukan petugas Satpol PP di dalam gerobak milik Walang saat terjaring razia adalah duit hasil penjualan dua sapi miliknya itu.
Sebelum pergi ke Jakarta, Sakum mengaku pernah dibisiki Walang bahwa duit hasil penjualan sapi itu dibawa ke Jakarta karena takut dicuri anak tirinya. "Intinya, diamankanlah," tutur Sakum.
Walang nekad menjadi pengemis di Jakarta dengan harapan bisa mendapatkan penghasilan tambahan buat menambah ongkos naik haji dari hasil penjualan dua ekor sapinya.
Tapi apa lacur, baru dua pekan di Jakarta, Walang dan Saaran yang mengaku berpenghasilan Rp 100 hingga Rp 200 ribu per hari itu sudah terjaring razia petugas Satpol PP Pancoran. Keduanya kini dideportasi" untuk pulang kampung.
NANANG SUTISNA
Berita terkait:
Ada Pengemis Rp 25 Juta, Jokowi Geleng-geleng
Ini Motif Walang, Si Pengemis Tajir
Walang Mengemis untuk Naik Haji dan Beli Mobil
Diberi Sedekah, Pengemis Bertahan di Jakarta