TEMPO.CO, Jakarta - Sekali pun jalur telah dibuka dan perjalanan dua arah kembali normal, setiap rangkaian kereta komuter Serpong-Tanah Abang dan sebaliknya melaju pelan setiap kali melintas di lokasi bekas kecelakaan maut, Senin, 9 Desember 2013 lalu. Kecepatan yang semula bisa mencapai 60, 70, bahkan 80 kilometer per jam dikurangi hingga kurang dari 10 kilometer per jam saja.
Dalam perjalanan Rabu pagi dan siang, 11 Desember 2013, sudah tak tampak petugas PT KAI memperbaiki rel di lokasi, yakni perlintasan Jalan Bintaro Permai, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Hanya petugas polisi yang tampak di antara ramainya pengguna jalan.
Karena kereta yang melaju pelan, terlihat jelas pemandangan bekas ledakan dalam kecelakaan, Senin, 9 Desember 2013. Di antaranya adalah batang pohon yang gosong dan juga dinding sejumlah bangunan di kiri perlintasan arah Stasiun Kebayoran yang berjelaga.
Memasuki kawasan pemakaman Tanah Kusir, kereta kemudian menambah lajunya kembali. "Dari dulu tikungan di perlintasan itu (Bintaro Permai) memang termasuk yang rawan. Di situ masinis pasti mengurangi kecepatan kereta," kata seorang petugas keamanan internal PT KAI di dalam rangkaian kereta.
Tragedi menyisakan trauma pada sebagian penumpang (Baca: Trauma Tragedi Bintaro, Gerbong Depan Sepi). Tampak gerbong terdepan, khusus penumpang perempuan, tak sepadat biasanya atau pun gerbong lainnya. Tapi sebagian tampak biasa. "Permisi, saya mau pindah ke gerbong depan," kata seorang penumpang perempuan mendesak dari gerbong kedua.
WURAGIL
Terpopuler
Mahasiswi Korban Bintaro Akhirnya Meninggal
Di KPK Atut Bak Bawang Merah, Airin 'Bawang Putih'
Selesai di KPK, Airin Akan Kunjungi Korban Bintaro
Ahmad Dhani Akhirnya Balas Twit Farhat Abbas