TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Organisasi Angkutan Darat DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengatakan, akan mengkaji dampak turunnya harga bahan bakar minyak terhadap tarif angkutan umum di Jakarta. "Tapi, tarif bus kota enggak akan turun," kata Shafruhan kepada Tempo, Jumat, 16 Januari 2015.
Menurut Shafruhan, tetapnya tarif bus kota itu karena harga premiun dan solar tetap mahal dibandingkan tahun lalu. Dia menjelaskan, pada 2014, harga solar Rp 5.500 dan premium Rp 6.500 per liter. Namun, pada 17 November 2014, pemerintah menaikkan menjadi Rp 7.500 untuk Solar dan Rp 8.500 untuk premiun. (Baca: BBM Turun, Logika Ahok Versus Organda)
Setelah naik pada 2014, Presiden Joko Widodo menurunkan harga BBM di awal 2015. Harga premium menjadi Rp 7.600 sedangkan solar Rp 7.250. Lalu, Jokowi kembali menurunkan harga BBM yang berlaku mulai Senin, 19 Januari 2015. Premiun turun menjadi Rp 6.600 dari harga Rp 7.600 per liter. Sedangkan solar, dari harga Rp 7.250 menjadi Rp 6.400 per liter.
Shafruhan mengatakan walaupun sudah turun dua kali, harga solar tetap mahal. Jadi, bus kota seperti Metromini, Kopaja, Mayasari Bakti kemungkinan tidak akan turun. Selain bus kota, kata Shafruhan, angkutan barang juga tidak menurunkan tarif. (Baca juga: Harga Premium di Jawa Rp 6.700, Bukan Rp 6.600)
Untuk angkutan umum yang menggunakan premium seperti taksi, kata dia, ada kemungkinan tarifnya turun. Alasannya, walaupun BBM turun, harga suku cadang dan upah bagi karyawan tidak ikut turun.
HUSSEIN ABRI YUSUF
Topik terhangat:
Calon Kapolri | Harga BBM Turun | AirAsia | Menteri Jonan | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Lantik Budi Gunawan, Jokowi Lemahkan Diri Sendiri
Kisah Rani, Kurir Narkoba Jelang Hukuman Mati
Evolusi Pembantu Menjadi Penulis dan Motivator