TEMPO.CO, Jakarta -- Ruangan berukuran 16 x 7 meter itu dihalangi kursi cokelat panjang di depan pintu. Selain dibatasi kursi, di pintu Laboratorium Fisika Sekolah Menengah Pertama Negeri 19, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu juga dipasang segel dilarang masuk sebelum pelaksanaan Ujian Nasional (UN) SMP pada 4-7 Mei 2015.
Untuk menjaga soal itu, jendela-jendela di laboratorium sekolah pun ditutup oleh gorden. "Biar tidak memancing orang untuk mengambil soal Ujian Nasional," kata Kepala SMPN 19 Joko Sukamto, Ahad, 3 Mei 2015.
Joko mengatakan di dalam ruangan itu ada 6.484 soal ujian yang baru didatangkan oleh dua mobil boks dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Sabtu kemarin sekitar pukul 10.00 pagi. Jumlah itu sesuai dengan murid dari 47 SMP yang berada di Subrayon 11 Rayon 4 yang masuk dalam Kecamatan Kebayoran Baru dan Pasar Minggu.
Sebanyak 6.484 soal itu dibagi menjadi empat sampul, yaitu sampul besar berisi 21 soal untuk 20 murid dalam satu ruangan. Sampul sedang berisi 15 soal untuk 15 murid, sampul kecil satu berisi 10 soal untuk 10 murid, dan sampul kecil dua berisi 5 soal untuk 5 murid.
Joko menuturkan setiap hari para kepala sekolah akan mengambil soal jam 06.00 WIB. "Mereka akan datang sekitar 05.00 WIB dan akan membawa soal ujian dari SMP 19 ke sekolah masing-masing," kata Kepala Subrayon 11 ini. "Soal itu dibawa di mobil masing-masing tanpa pengamanan polisi."
Sekolah yang akan mengambil soal dan masuk dalam Subrayon 11 itu di antaranya adalah SMPN 46, SMPN 56, SMPN 107, dan SMPN Islam Al-Azhar 2 yang berada di Kecamatan Pasar Minggu serta SMPN 11, SMPN 12, SMPN 13, dan SMP Labschool Kebayoran di Kecamatan Kebayoran Baru.
Pengawas sekolah, Supardi, mengatakan selama Ujian Nasional, laboratorium Fisika itu akan dijaga sekitar delapan orang. "Enam orang kepala sekolah dan dua orang polisi," kata dia. "Saat soal ujian akan diambil, akan disaksikan oleh polisi dan kepala sekolah."
Supardi mengatakan tingkat kebocoran di tempat pendistribusian soal itu sangat kecil dan mustahil. Musababnya, pengawasan yang ketat serta jumlah soal yang pas. "Kami juga tidak ingin jerih payah murid yang belajar dihancurkan oleh kunci jawaban yang beredar," ujarnya.
HUSSEIN ABRI YUSUF