TEMPO.CO, Jakarta - Profesi rope access, yakni bekerja dengan menggunakan akses tali di ketinggian, tentu lebih dari sekadar memacu adrenalin. Bagi Meri Susilawati, pekerjaan satu ini membutuhkan banyak perhitungan dari berbagai hal.
"Lain halnya dengan panjat tebing yang membuat makin tertantang dan memacu adrenalin saat ada di ketinggian, rope access itu pekerjaan menghitung risiko dan punya tingkat keamanan yang tinggi," kata Meri kepada Tempo, Kamis, 14 Mei 2015.
Menghitung risiko yang dimaksud Meri adalah membuat perhitungan kekuatan, kesediaan alat, kemungkinan-kemungkinan risiko yang dihadapi, dan antisipasi yang perlu disiapkan. "Kalau misalkan saya jatuh, saya harus bisa menghitung kira-kira jatuh sejauh apa dan harus mengantisipasi hal itu," ujar wanita berambut panjang tersebut.
Meri mengawali kariernya di bidang rope access sejak ia merantau ke Jakarta dari Payakumbuh sekitar 2001. Mulanya ia suka panjat tebing dan dinding. Hobi tersebut ia lakukan sambil menjalani pekerjaan sebagai perancang busana dan penjahit di beberapa butik Jakarta, termasuk salah satunya butik Dhany Dahlan.
Pekerjaan sebagai desainer dan penjahit pun ia tinggalkan karena dotongan untuk berkarier di bidang rope access makin kuat. "Tahun 2008 saya diajak senior untuk join di rope access. Kata dia kalau kamu mau bertahan, kalau kamu konsisten dan komitmen, kamu jadi (sukses)," ucap wanita kelahiran 21 Maret 1981 itu.
Meri menerima tantangan itu. Awalnya Meri merasa sulit karena bekerja di lingkungan pria bukan perkara mudah. Pandangan miring dan stigma negatif muncul. Anggapan bahwa dirinya tak akan mampu pun bukan sekali dua kali terlontar di hadapannya. "Makanya saya harus kerja keras. Saya harus buktikan saya bisa karena mau tidak mau saya sudah terjun di sini," kata Meri tegas. "Bagaimana pun saya harus jadi prototipe yang sukses buat perempuan lain yang ingin berkarier di bidang ini nanti," kata dia lagi.
AISHA SHAIDRA