TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis lingkungan Jopi Teguh Laksana Peranginangin, 39 tahun, tewas ditusuk di bagian punggung pada dinihari kemarin, 23 Mei 2015. Semasa hidup, dia dikenal aktif dan punya perhatian terhadap lingkungan hidup bersama Sawit Watch.
Direktur Eksekutif Sawit Watch Jefri Saragih mengatakan Jopi bergabung dengan lembaga yang dipimpinnya sejak 2012. "Dia resign dari tempat kerjanya kemudian bergabung dengan kami," ucapnya kepada Tempo, Sabtu, 23 Mei 2015.
Padahal, ujar Jefri, saat itu kondisi finansial Sawit Watch tidak sebaik perusahaan tempat Jopi bekerja sebelumnya. "Ini bukan masalah uang, tapi soal apa yang aku yakini," tutur Jefri menirukan ucapan Jopi saat itu.
Setelah itu, bersama Sawit Watch, Jopi melakukan berbagai riset menyangkut lahan sawit. Menurut dia, seharusnya lahan sawit tidak terus-menerus dibuka karena memiliki dampak negatif bagi lingkungan. "Dia pun sampai pada riset bahwa dalam pembukaan lahan sawit kerap terjadi korupsi," kata Jefri.
Jopi sudah menyelesaikan sebuah buku terkait dengan riset tentang korupsi di perkebunan sawit. Rencananya, buku tersebut diluncurkan akhir bulan ini. "Semua sudah selesai, tinggal cetak dan launching," ucap Jefri. Namun ternyata, rencana itu tak bisa lagi dilakukan bersama Jopi.
Selama di Sawit Watch, ujar Jefri, Jopi dikenal sangat mudah bergaul dan punya banyak ide. "Dia selalu bisa memformulasikan idenya itu," tuturnya. Bahkan Jopi kerap membantu urusan finansial lembaga ini dengan mendatangkan donatur.
Jopi tewas setelah mengalami penusukan di Cafe Venue, Kemang, Jakarta Selatan. Dia sempat mendapat pertolongan di Rumah Sakit Pusat Pertamina sebelum mengembuskan napas terakhirnya. Dari keterangan kepolisian, Jopi mengalami luka di punggung yang tembus hingga paru-paru.
NINIS CHAIRUNNISA