Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jadi Ikon, Kota Depok Tak Peduli Nasib Belimbing

image-gnews
Walikota Depok Nurmahmudi Ismail (tengah) bersama penemu beras tiruan IPB Slamet Setijanto (kiri) dan Dekan Fakultas Pertanian IPB Syam Herodian (kanan) memperlihatkan hasil beras tiruan yang terbuat tepung lokal non beras dan gandum usai penandatangan kerjasama diversifikasi pangan dengan pemerintahan Kota Depok di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jabar, Senin (21/5). ANTARA/Jafkhairi
Walikota Depok Nurmahmudi Ismail (tengah) bersama penemu beras tiruan IPB Slamet Setijanto (kiri) dan Dekan Fakultas Pertanian IPB Syam Herodian (kanan) memperlihatkan hasil beras tiruan yang terbuat tepung lokal non beras dan gandum usai penandatangan kerjasama diversifikasi pangan dengan pemerintahan Kota Depok di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jabar, Senin (21/5). ANTARA/Jafkhairi
Iklan

TEMPO.CO , Depok: Keberadaan lahan belimbing terus menyusut di Kota Depok. Padahal, buah berbentuk bintang tersebut dijadikan ikon Depok yang dijuluki Kota Sejuta Belimbing. Yang memprihatinkan, kurun waktu lima tahun terakhir 36 hektar lahan belimbing lenyap dan beralih fungsi menjadi pemukiman.

Ketua Asosiasi Belimbing Depok, Nanang Yusup mengatakan miris melihat pemerintah seakan menutup mata dengan situasi ini. Petani belimbing dewa di Depok, seakan berjalan sendiri.

Ia menilai pemerintah belum pro ke petani belimbing, pembinaan pun sangat minim. "Padahal sudah dijadikan ikon kota. Tapi tidak ada keberpihakan kepada para petani yang hampir semuanya warga Depok," kata Nanang, Minggu, 24 Mei 2015.

Menurutnya, belimbing dewa bisa terus dijadikan maskot kota, asalkan pemerintah mau melihat potensi buah lokal Depok. Sebab, belimbing dewa asal Depok, terpilih menjadi buah dengan kualitas nomor wahid di Indonesia pada kontes buah nasional tahun 2000.

Nanang, saat ini membina lebih dari 500 petani belimbing dewa di Depok. Luas lahan belimbing yang menjadi binaannya ada seluas 20 hektar. Setiap tahun ada tiga kali musim buah dengan nama Latin Averhoa bilimbi itu, tiga kali. "Dipanen tiga kali setahun. Setiap 1 hektar ada 150 pohon. 1 pohon bisa menghasilkan 200-250 kg," ujarnya.

Karena kualitasnya yang baik, tak jarang Nanang mengampu banyak warga asing untuk membudidayakan belimbing dewa. Mulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, dan sebagian besar warga timur tengah meminta diajarkan budidaya belimbing ini, ke rumah dan kebunnya di wilayah Kali Licin, Kecamatan Pancoran Mas, Depok.

Ia berharap Depok bisa membeli lahan abadi yang khusus ditanami belimbing dewa. Pembelian lahan tersebut untuk menjaga agar keberadaan ikon ini agar tetap bertahan. "Seharusnya seperti Bekasi yang membeli lahan abadi untuk pertanian. Bila tidak, nasib belimbing dewa bisa terancam," selorohnya.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Mukhsit Hakim tak menapbik bahwa keberadaan lahan belimbing semakin menyusut.

Selain terjadi penyusutan lahan, jumlah kelompok tani yang sebelumnya berjumlah 31 kelompok pada 2010, kini tinggal 18 kelompok tani belimbing, yang beranggotakan 675 orang yang masih aktif. "Saat ini tinggal 96 hektar lahan belimbing di Depok," jelasnya.

Ia menuturkan pemerintah telah berupaya memproteksi potensi unggulan lokal seperti belimbing Depok. Salah satunya dengan memasukan lahan belimbing yang tersisa ke dalam ruang terbuka hijau yang sudah masuk ke peraturan daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok.

Ia mengatakan, lahan belimbing tersebut trlah dimasukan sebagai kawasan pertanian. "Target RTH di Depok yang tertuang di RTRW 2012-2013 ada 4.000 hektar," jelasnya. "Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang RTH, paling sedikit 30 persen dari luas daerah harus dipenuhi."

Meski begitu, Mukhsit menuturkan aturan penetapan lahan belimbing sebagai kawasan RTH, yang tertuang di RTRW Depok, masih lemah. Sebab, seluruh lahan pertanian belimbing milik pribadi atau garapan petani.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jadi, bila sewaktu-waktu lahan tersebut ingin digunakan pemilik, sulit untuk mencegahnya. "Tapi, kami telah berkoordinasi dengan BPN dan Distarkim (Dinas Tata Ruang dan Pemukiman) lahan belimbing yang telah masuk RTH hanya boleh dibangun 20 persen saja dibangun," jelasnya.

Sebab, perubahan RTRW selama lima tahun ini tidak bisa diutak-atik. Pihaknya juga sudah mencoba melakukan sosialisai terkait aturan ini. "Itu usaha yang paling maksimal untuk menyelamatkan lahan belimbing Depok," jelasnya.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Depok, Farida Rachmayanti mengatakan belimbing Depok yang jadi ikon kota ini belum terkelola secara komprehensif. Bahkan, masih terlihat setengah hati dan tidak secara berkesinambungan. "Padahal dijadikan ikon. Pemberdayaan potensi lokal ini belum berjalan," ujar dia.

Menurut dia, pemerintah perlu memfasilitasi dan melakukan pendampingan untuk memberdayakan para petani belimbing. Selain itu, pemerintah mesti memberikan bantuan mulai dari sisi produksi, distribusi, akses pasar hingga diversifikasi produk.

Komisi B sudah sejak periode yang lalu teriak tentang wisata agro belimbing. Sebab, menurut dia lagi, harus ada pemicu dari sektor lain yang membuat belimbing Depok naik tingkat. Salah satu caranya, Farida mencontohkan, pemerintah bisa membeli lahan atau bekerjasama dengan pemilik lahan belimbing, untuk membuat usaha agro belimbing.

Selain itu, beberapa UKM pembuat produk olahan belimbing juga harus didukung. "Belimbing sudah diolah menjadi jus, selai dan dodol belimbing. Tinggal pendampingan untuk meluaskan pasarnya," ujar dia.

Menyusutnya lahan belimbing di Depok, dinilai wajar. Sebab, tindakan pemerintah minim dalam upaya penyelamatan lahan. Sehingga wajar kalau akhirnya mereka lebih memilih menjual lahan dan beralih usaha. "Ujung-ujungnya lahan dijual buat rumah kontrakan yang jelas, dan perumahan," ucapnya.

Meski begitu, menurut dia, belimbing masih relevan dijadikan maskot Depok. Sebab, sejak semula belimbing Depok memiliki kekhaasan dan hanya Depok yang punya belimbing jenis Dewa. Makanya belimbing itu dijadikan ikon.

Hanya saja, dia berujar, kemampuan memberi nilai tambah untuk nilai jual dan penyelamatan lahan masih lemah. "Pemberdayaan masyarakatnya belum dilakukan secara sungguh-sungguh. Mereka seolah jalan sendiri," tuturnya.

IMAM HAMDI


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

8 hari lalu

Warga melihat kondisi bangunan yang terseret banjir lahar dingin di Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Sabtu, 6 April 2024. Data Nagari Bukik Batabuah menyebutkan  banjir lahar dingin  yang terjadi pada Jumat (5/4) itu menerjang 17 unit mobil dan sejumlah motor dan 40 rumah, tiga di antaranya rusak berat, serta areal pesawahan dan memutus sementara jalan alternatif mudik Pekanbaru - Padang.   ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat telah merusak hingga ribuan hektare lahan pertanian di sekitar wilayah tersebut.


Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

20 hari lalu

Pemandangan sawah teras siring di Jatipurno Wonogiri. Maps.Google/Novi Ardianto
Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

Google berupaya untuk mengimplementasikan teknologi Google AI AnthroKrishi ini untuk skala global, termasuk Indonesia.


Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

22 hari lalu

Presiden RI Jokowi (tengah mimbar) didampingi Menteri Pertanian, Bupati Sigi dan Gubernur Sulawesi Tengah meresmikan rehabilitasi dan rekonstruksi Bendung D.I Gumbasa dengan membunyikan sirene secara bersama-sama. (ANTARA/Moh Salam)
Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

Jokowi pada hari ini meresmikan bendungan dan daerah irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi, Sulteng yang telah direhabilitasi dan direkonstruksi.


Guru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?

23 hari lalu

Petani memanen padi di Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis 7 Maret 2024. Sekitar 20 hektare lahan pertanian di kawasan itu terdampak banjir akibat tanggul waduk jebol. ANTARA FOTO/Muhammad Mada
Guru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?

Guru Besar Unpad memaparkan sejumlah metode pemberantasan gulma di lahan tani. Pemakaian hebrisida efektif, namun berisiko.


Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

31 hari lalu

Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

Kukar merupakan daerah lumbung pangan bagi Provinsi Kalimantan Timur


Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

35 hari lalu

Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

Program pengairan dan alsintan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Kukar.


Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

44 hari lalu

Para pekerja membongkar muat ikan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Selasa, 23 Januari 2024. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan nilai ekspor hasil perikanan di dalam negeri pada 2024 sebesar USD7,20 miliar atau setara Rp112,1 triliun. Angka tersebut naik signifikan dari realisasi ekspor produk perikanan hingga November 2023, di mana nilai sementara ada di kisaran USD5,6 miliar atau setara Rp87,25 triliun. TEMPO/Tony Hartawan
Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.


Studi Demokrasi Rakyat Lapor ke KPK soal Korupsi Dana Hibah Pertanian yang Diduga Libatkan Anggota DPR

55 hari lalu

Logo KPK. Dok Tempo
Studi Demokrasi Rakyat Lapor ke KPK soal Korupsi Dana Hibah Pertanian yang Diduga Libatkan Anggota DPR

Pelaporan ke KPK terkait dugaan korupsi pemotongan dana bantuan hibah pertanian yang berasal dari Dana Aspirasi DPR yang mencapai Rp 2 miliar.


Menteri Hadi Tjahjanto Serahkan Sertifikat Hasil Program Konsolidasi Tanah Non Pertanian

17 Februari 2024

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional ATR/BPN Hadi Tjahjanto (keenam kiri) berdialog dengan warga saat menyerahkan sertifikat tanah di Desa Muktisari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis 12 Oktober 2023. Sebanyak 405 sertifikat tanah dibagikan kepada warga secara gratis pada proses redistribusi tanah eks Hak Guna Usaha (HGU) PT Maloya yang telah ditetapkan menjadi Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Menteri Hadi Tjahjanto Serahkan Sertifikat Hasil Program Konsolidasi Tanah Non Pertanian

Menteri Agraria dan Tata Ruang Hadi Tjahjanto menyerahkan 205 sertifikat tanah hasil program Konsolidasi Tanah Non Pertanian.


Beras Langka, Mengapa Pegiat Lingkungan Menilai Ada Masalah Tata Kelola Lahan Pertanian?

15 Februari 2024

Pemandangan sawah daerah Rorotan di tengah ibu kota, Jakarta, Rabu, 1 November 2023.  Lahan tersebut merupakan lahan beberapa perusahaan salah satunya yaitu PT. NUSA Kirana. RE dan beberapa lahan milik warga setempat. TEMPO/Magang/Joseph.
Beras Langka, Mengapa Pegiat Lingkungan Menilai Ada Masalah Tata Kelola Lahan Pertanian?

Seretnya produksi beras diduga akibat kebijakan regulator yang condong mengutamakan ekstensifikasi lahan pertanian, misalnya food estate.