TEMPO.CO , Depok: Kolonel Sus Mardoto, ayah Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Universitas Indonesia yang tewas mengapung di Danau Kenanga UI berharap agar kampus lebih terbuka dan mendukung sepenuhnya proses penyidikan yang dilakukan polisi.
"Kami dukung sepenuhnya bahwa status kasus Ace (sapaan Akseyna) ditingkatkan menjadi penyidikan oleh Disreskrimum Polda Metro," kata Sus, Sabtu 30 Mei 2015.
Sus Mardoto meminta UI bisa membuka akses lebih luas bagi penyidik untuk melakukan penyelidikan kematian anaknya lebih mendalam. Soalnya, sejak awal, Sus yakin bahwa kematian anaknya tidak wajar. "Kami sekeluarga yakin Ace memang dibunuh."
Selain itu, pihak keluarga juga telah melakukan analisis kejanggalan kematian Ace. Pertama keluarga tidak yakin dengan surat Ace yang disebut sebagai tulisan terakhirnya. Kedua, hasil analisis Grafolog American Handwriting, Deborah Dewi, yang menyatakan ada dua orang yang menulis surat itu.
Dalam tulisan itu, Deborah melihat tulisan pertama identik dengan tulisan almarhum, sementara ada bagian tulisan tangan dan tanda tangan yang dibuat orang lain. Temuan tersebut diperoleh Deborah setelah melakukan pembesaran mikroskopik 200 kali terhadap tulisan almarhum.
Proses analisis dilakukan Deborah selama dua minggu.Deborah membandingkan tanda tangan Ace dalam surat wasiat dengan 39 tanda tangan asli yang terdapat dalam dokumen-dokumen pribadi.
Lebih jauh ia berharap polisi juga bisa memberikan hasil anaslisis terhadap anaknya secara lengkap dan transparan. "Surat yang disebut tulisan Ace itu bisa dijadikan pintu terang kasus ini, yang dikombinasikan dengan kondisi Ace yang banyak lebam," ucapnya.
IMAM_HAMDI