TEMPO.CO, Depok - Seorang teman Akseyna, Jibril, diketahui tinggal di Asrama Universitas Indonesia. Jibril dikenal dekat dengan Akseyna, mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (UI), yang ditemukan tewas di Danau Kenanga UI pada 28 Maret, 2015.
Hingga kini kasus kematian Akseyna masih misterius. Namun polisi meyakini Akseyna tidak bunuh diri. Saat Tempo mendatangi asrama tersebut, komandan regu sekuriti yang berjaga, Arif, mengatakan, sejak Minggu, 31 Mei 2015, Asrama UI sudah dikosongkan. Mahasiswa yang tinggal di 1.250 kamar yang ada di asrama itu diminta angkat kaki.
Arif membenarkan Jibril, tinggal di asrama. "Terakhir terlihat seminggu lalu. Saat ini seluruh kamar sudah kosong semua. Tidak ada penghuninya," kata Arif, Selasa, 2 Mei 2015.
Baca juga:
Prasasti Kutukan di Kota Batu : Berani Usik, Petinggi dan Bupati Ini Mati Aneh
Prostitusi Artis: Kesukaan Petinggi, Ini Ciri-ciri Artis SB
Arif mengaku tidak mengetahui aktivitas Jibril saat di asrama. Sebab, ketika keluar-masuk tidak pernah bertegur sapa. Menurutnya, hanya penghuni perempuan saja yang ramah dan mau menyapa petugas sekuriti seperti dia. Jibril, kata dia, memang jarang di asrama.
Petugas memastikan saat ini seluruh kamar harus dikosongkan. Sebab, sejak sebulan lalu, surat pengosongan diberikan kepada mahasiswa yang menghuni. "Kalau tidak pindah kamar disegel, sudah diberi tahu sudah sejak sebulan lalu," imbuhnya.
Baca Juga:
Salah satu petugas sekuriti, yang tidak menyebutkan namanya, Jibril selalu menggunakan bus UI bila ingin keluar. "Di asrama ini orang luar tidak boleh masuk," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Humas UI Riffeli Dwi Astuti mengatakan Jibril masih menjalani perkuliahan seperti biasa. Jibril, kata dia lagi, memang meminta untuk dipindahkan ke Asrama UI. "Sekarang sudah sebulan lebih di Asrama UI. Itu atas permintaan yang bersangkutan. Belum bisa ditentukan sampai kapan," ucapnya.
Saksi Penting
Penjaga kos Akseyna di Wisma Widya, Beji, Depok, Maryamah, 37 tahun, mengatakan yang terakhir melihat Akseyna di kos adalah suaminya, Edi Sukardi, 42 tahun. Pada Selasa malam, 24 Maret 2015, Edi mengaku melihat Akseyna sedang mengambil air minum di dapur yang letaknya di lantai bawah.
Tiga hari kemudian Jibril datang ke kamar Akseyna, mengetuk pintu, tapi Akseyna tidak ada. Saat itu mayat mahasiswa ini belum ditemukan.
Pada Minggu, 29 Maret 2015, Edi meminta Jibril untuk datang membereskan kamar Akseyna. Setelah Asar, Jibril datang seorang diri ke Wisma Widya. Pada sore itu, Jibril masuk ke dalam kamar Akseyna dan menemukan secarik kertas menggunakan bahasa Inggris yang menempel di tembok kamar.
Jibril langsung menunjukkan surat itu kepada Edi dan mengatakan ini seperti surat perpisahan. "Kata Jibril ini surat perpisahan, intinya Akseyna minta jangan dicari,” ucap Maryamah, mengingat kejadian saat itu.
Baca juga:
Baru Ngantor, Ahok Sudah Ngomel-ngomel, Ada Apa?
Berkley Dituduh Bodong: Wah, Alumnusnya di Kabinet Jokowi?
Menurut ayah korban, Kolonel Sus Mardoto, si penerima panggilan telepon dari istrinya di kosan anaknya saat kejadian adalah sama dengan yang memberikan surat wasiat Akseyna kepadanya.
“Saya tidak bisa menyebut nama, karena takutnya jadi menuduh, tapi sepertinya sudah pernah disebut di media," kata Kolonel Sus Mardoto, saat dihubungi Tempo, Selasa, 26 Mei 2015.
Menurut Mardoto, orang yang sama pula hadir dalam pertemuan antara dia dan perwakilan jurusan biologi pada 30 Maret 2015, pukul 16.00 WIB. Saat itu Mardoto datang ke kampus untuk mencari informasi tentang Akseyna pasca-melihat jenazah Ace--nama panggilan Akseyna--di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati.
IMAM HAMDI
SIMAK:
Inilah Penyebab Jusuf Kalla Dianggap Anti-KPK
Mengharukan, Anak Tani Miskin Ini Akhirnya Ditawari S2 di LN
KANAL TERKAIT:
BERITA TERBARU JAKARTA | METRO