TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Gun Gun Heryanto, mengatakan pasangan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat perlu menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang saling menjatuhkan dalam waktu dekat ini. Ini bertujuan menurunkan tekanan yang muncul akibat perbedaan persepsi di antara keduanya.
"Proses ini juga sekaligus menjadi impression management," kata Gun Gun saat dihubungi Tempo, Selasa, 2 Juni 2015.
Ahok dan Djarot sempat berbeda pendapat tentang perizinan Pesta Rakyat Jakarta 2015. Acara itu digelar di area parkir timur Senayan pada 30 Mei-5 Juni 2015. Ahok berujar, Djarot mengizinkan pelaksanaan acara tersebut tanpa melapor kepadanya. Sebaliknya, Djarot mengatakan sudah melaporkan hal tersebut kepada Ahok.
Pernyataan keras Ahok, menurut Gun Gun, diperlukan bagi pembenahan internal pemerintah DKI Jakarta. Namun ia menganggap Ahok masih kerap mengomentari hal-hal yang tidak perlu.
Dalam kasus ini, Gun Gun menjelaskan, Ahok sebenarnya bisa menegur Djarot secara langsung tanpa melalui media. Sebab teguran terbuka bisa menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologis bagi keduanya. Terlebih, Ahok dan Djarot tak berasal dari satu paket saat kampanye pemilihan gubernur berlangsung pada 2012.
Alasan lainnya, Gun Gun melanjutkan, teguran Ahok bisa dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk menjatuhkan mantan Bupati Belitung Timur itu. Menurut Gun Gun, mereka akan menjadikan isu harian sebagai peluru untuk menyerang Ahok.
Untuk itu, Gun Gun berujar, Ahok perlu melibatkan Djarot dalam kegiatan berikutnya. "Kebersamaan itu menunjukkan bahwa masalah mereka sudah selesai," ucapnya.
LINDA HAIRANI