TEMPO.CO , Jakarta: Koordinator KRL Mania, Nurcahyo, mengatakan desain baru pintu masuk dan keluar Stasiun Palmerah menyulitkan penumpang. Kesulitan itu terutama dialami oleh ibu hamil dan orang lanjut usia. "Tangga penyeberangannya menyulitkan mereka," kata Cahyo saat dihubungi, Senin, 8 Juni 2015.
Jalur masuk dan keluar penumpang yang baru diterapkan sejak 6 Juni 2015. Petugas mengarahkan penumpang Commuterline dari dan menuju Tanah Abang yang turun di Stasiun Palmerah untuk menaiki eskalator. Pintu elektronik masuk dan keluar berada di lantai dua.
Petugas peron menyampaikan hal tersebut melalui pengeras suara. Setelah tap out, penumpang lalu melintasi jembatan penyeberangan untuk menuju ke Pasar Palmerah atau kawasan kompleks gedung Dewan Perwakilan Rakyat. Namun, berdasarkan pantauan Tempo, masih ada penumpang yang berkukuh menengok ke lokasi pintu elektronik semula. "Saya kira masih diizinkan ke luar lewat bawah," kata Aulia Hasanah, 29 tahun.
KRL Mania mendukung sistem baru tersebut. Cahyo berujar tangga penyeberangan yang terintegrasi dengan stasiun membuat arus lalu lintas di jalan raya di bawahnya teratur. Namun menurut dia, PT Kereta Api Indonesia harus membangun pintu khusus yang ditujukan bagi penumpang yang hamil dan lanjut usia. Pintu tersebut bukan tersambung dengan tangga jembatan penyebrangan melainkan eskalator atau elevator.
Cahyo berujar sistem ini merupakan cara paling aman bagi ibu hamil dan orang lanjut usia. Ia mengatakan eskalator khusus itu menunjukkan keseriusan pemerintah untuk mengalihkan sebanyak mungkin orang ke transportasi umum. "Semangat pemerintah harus total, tak bisa 'take it or leave it' seperti itu," kata Cahyo.
LINDA HAIRANI