TEMPO.CO, Jakarta - Kantor pengelola Lenggang Jakarta, Monas, Jakarta Pusat, berantakan. Sepuluh kaca jendela pecah dan peralatan kantor di dalamnya hancur.
Kepala Tim Pengelola Lenggang Jakarta Marjali menuturkan kantornya hancur karena diserang orang pada Sabtu malam, 20 Juni 2015. "Mereka datang sekitar pukul 19.00, sehabis buka puasa," katanya kepada Tempo, Minggu, 21 Juni 2015.
Menurut Marjali, saat itu ada sekitar 150 orang yang datang. Selain menghancurkan kantor, mereka merusak tiga televisi di tempat makan, kamera CCTV, serta router Wi-Fi.
Marzuki mengatakan tidak mau menduga-duga siapa yang menyerang kantornya. "Bisa saja oknum tertentu, dan bisa juga pedagang kaki lima," katanya. Dia telah melapor ke polisi ihwal kasus perusakan ini.
Pada Selasa, 26 Mei 2015, perwakilan pedagang dari Asosiasi Pedagang Kali Lima Indonesia menggelar demonstrasi di Balai Kota. Mereka protes lantaran tak memperoleh kios di Lenggang Jakarta dan tidak bisa lagi berjualan di kawasan Monas. "Kami kecewa atas keputusan Ahok dan pemerintah DKI yang semena-mena," ujar salah satu demonstran.
Pedagang yang berjumlah 100 orang itu memenuhi halaman depan Balai Kota. Mereka membawa spanduk yang bertuliskan beragam tuntutan. Salah satunya "Kami hanya cari makan, jangan digusur PKL Monas". Tulisan lainnya menyatakan "Ahok bukan pemimpin!"
Lenggang Jakarta merupakan program pemerintah DKI Jakarta untuk menata pedagang di kawasan Monas. Program ini resmi diluncurkan pada Jumat, 22 Mei 2015. Lokasi yang berada di sisi kiri lapangan eks IRTI Monas ini kini terdiri atas barisan kios yang hanya menerima pembayaran melalui uang elektronik.
Menurut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, peserta demonstrasi merupakan pedagang yang semula memiliki lebih dari satu kios di kawasan itu. Ia menjamin hanya sepertiga peserta demonstrasi yang benar-benar pedagang. Sisanya adalah para pemilik lahan. "Saya mengusik ketenangan mereka," ujar Ahok, sapaan Basuki.
Ahok berujar, keberadaan Lenggang Jakarta bertujuan meningkatkan kualitas barang dagangan dan makanan yang ada di Monas. Pedagang di Lenggang Jakarta, menurut Ahok, mendapat pelatihan pengolahan makanan yang higienis dan pengelolaan keuangan.
Dari sekitar 1.000 pedagang Monas yang mendaftar, hanya 339 yang lolos seleksi untuk berjualan di Lenggang Jakarta. Ia mengatakan para pedagang kelak akan dikontrol secara rutin oleh pemerintah DKI.
Selain mengawasi kualitas makanan, pemerintah akan memastikan nama pedagang sesuai dengan data milik pemerintah DKI. "Kami akan kontrol terus," kata Ahok.
HUSSEIN ABRI YUSUF | LINDA HAIRANI