TEMPO.CO, Jakarta - Nurtamzi Bayu Kusuma alias Acil, yang membunuh istrinya, merupakan sosok pendiam. "Kalau disapa, menjawab kan enak, tapi dia diam saja. Sifatnya memang seperti itu. Tapi anaknya baik," ujar Wartinah, ibu kandung Acil, Rabu, 1 Juli 2015.
Acil, 21 tahun, membunuh istrinya, Citra Khairiyah Ikhlas, 19 tahun, pada Jumat, 26 Juni 2015, di rumah kontrakannya di Pamulang. Dia cemburu karena istrinya mendapatkan pesan pendek ajakan kencan seorang pria. Ketika sang istri bergegas mandi untuk menyanggupi ajakan kencan itu, Acil membunuhnya.
Wartinah kaget bukan kepalang atas aksi yang dilakukan anaknya. Selama ini, dia melihat hubungan Acil dengan Citra cukup harmonis. Kendati Citra tidak tinggal bersama Acil, mereka ke mana-mana selalu berdua.
Citra tinggal di Rempoa bersama orang tuanya. Namun Acil masih sering mengantar-jemput Citra. Dalam beberapa minggu sekali pun, Citra datang bersama Acil untuk menginap di rumah orang tua Acil. "Sangat syok dan tidak menyangka Acil tega. Sebab, ke mana-ke mana juga masih berdua," tuturnya.
Suparmin, ayah Acil, menjelaskan, lima hari sebelum pembunuhan, anaknya pindah dari rumahnya dan mengontrak rumah di Pamulang.
Saat pindah, Acil membawa perabotan milik orang tuanya tanpa meminta izin. "Pindahnya tidak pamit. Tahu-tahu membawa kipas angin dan lemari," kata Suparmin, Rabu, 1 Juli 2015.
Meski sudah mengontrak, Acil tetap membantu Suparmin berjualan mi ayam di Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Acil kembali lagi ke rumah orang tuanya untuk menitipkan sepeda motor setelah menghabisi nyawa istrinya. Setelah membunuh istri, Acil beristirahat di rumah kontrakan orang tuanya sejenak.
Bahkan Acil sempat datang kembali ke pangkalan mi ayam milik bapaknya seusai salat Jumat. Tidak lama kemudian, Acil pergi lagi.
Acil pergi ke rumah bibinya di Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Di situlah, Acil dibekuk polisi. Sebelum ditangkap, Acil sudah menceritakan perbuatannya kepada orang tuanya. "Bahkan saya sendiri yang mengantarkan polisi menjemput anak saya," ucapnya.
Suparmin mengaku pasrah dengan hukuman yang bakal dijalani anaknya. Sebab, dia tidak bisa membela anaknya yang terbukti bersalah dan sudah mengakuinya. Namun ia berharap ada keringanan hukuman bagi anaknya."Ya pasrah. Sebab, dia harus bertanggung jawab. Sebagai orang tua, saya kasihan," ucapnya.
IMAM HAMDI