TEMPO.CO , Jakarta: Ketua Koalisi Pejalan Kaki Ahmad Syafrudin mengatakan, Jakarta Utara merupakan kota yang paling tidak ramah oleh pejalan kaki. Menurut dia, hal itu muncul setelah Koalisi memeriksa jalan-jalan besar di Jakarta.
"Dan memang yang paling parah di Jakarta Utara," ujar Ahmad saat dihubungi, Selasa, 1 Juli 2015.
Menurut Ahmad, Koalisi mendapati data bahwa cuma 6 persen dari sekitat 7.000 kilometer jalan di Jakarta yang memiliki trotoar. Itu pun sebagian besar dalam kondisi tidak layak.
Penelitian Koalisi itu dilakukan pada akhir 2014 lalu setelah mendapatkan informasi soal trotoar dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman serta Dinas Pekerjaan Umum atau yang sekarang berganti nama menjadi Dinas Bina Marga.
"Kami dapat data dari mereka dan kami bersama 300 anggota koalisi yang memeriksa kondisi di lapangan," ujar Ahmad.
Berikut jalan-jalan di Jakarta yang kondisinya tidak layak bagi pejalan kaki versi Koalisi Pejalan Kaki.
Jakarta Pusat
- Jalan Salemba Raya (Rusak dan diokupasi oleh PKL)
- Jalan Kramat Raya (Rusak, diokupasi PKL, dan jadi tempat parkir umum dan polisi)
- Jalan Wahid Hasyim (Jadi tempat parkir mobil dan motor)
Jalan Hasyim Ashari (Trotoar bergelombang dan sempit)
- Jalan Cikini Raya (Diokupasi PKL dan jadi tempat parkir
- Jalan Gunung Sahari (Pot tanaman terlalu besar di tengah trotoar)
Jakarta Utara
- Jalan Boulevard Kelapa Gading (Trotoar rusak, sempit, dan diokupasi PKL)
- Jalan Yos Sudarso (Jalan rusak dan dijadikan fondasi jalan tol)
- Jalan RE Martadinata (Trotoar rusak dan banyak sisa proyek yang tidak ditutup)
- Jalan Cakung Tipar (Trotoar rusak dan jadi tempat parkir)
- Jalan Cilincing Raya (Trotoar rusak, sempit, dan bergelombang)
- Jalan Cakung Cilincing Raya (Trotoar sempit, rusak, dan jadi tempat parkir)
- Jalan Rawa Bebek (Trotoar rusak, sempit, jadi tempat parkir, dan diokupasi PKL)
- Jalan Jembatan Besi (Trotoar rusak, diokupasi PKL, dan jadi tempat parkir)
Jakarta Selatan
- Jalan Prof. Dr. Satrio (Trotoar rusak, bergelombang, dan sempit)
- Jalan Rasuna Said (Trotoar dijadikan tempat parkir kendaraan polisi dan diokupasi PKL
- Jalan TB Simatupang (Trotoar sempit dan bergelombang)
- Jalan Raya Pasar Minggu (Trotoar sempit dan rusak)
- Jalan Mampang Prapatan Raya (Trotoar rusak, banyak bekas proyek yang tidak dituntaskan, dan diokupasi PKL)
- Jalan Kemang Raya (Dijadikan tempat parkir mobil dan motor)
Jakarta Barat
- Jalan S. Parman (Trotoar rusak, sempit, dan jadi tempat parkir)
- Jalan Raya Daan Mogot (Trotoar rusak dan diokupasi PKL)
- Jalan KH Moh Mansyur (Diokupasi PKL)
- Jalan Pangeran Tubagus Angke (Trotoar rusak, jadi tempat parkir, dan diokupasi PKL)
- Jalan Panjang Raya (Trotoar sempit, bergelombang, diokupasi PKL, dan jadi tempat parkir)
- Jalan Lingkar Luar Barat (Trotoar rusak, sempit, dan diokupasi PKL)
Jakarta Timur
- Jalan Raya Kalimalang (Trotoar sempit, bergelombang, dan diokupasi pedagang)
- Jalan Otto Iskandar Dinata (Trotoar rusak, jadi tempat parkir, dan diokupasi PKL)
- Jalan I Gusti Ngurah Rai (Trotoar sempit dan jadi tempat parkir)
- Jalan Pemuda Raya (Diokupasi pedagang dan jadi tempat parkir)
- Jalan Jenderal Basuki Rahmat (Jadi tempat parkir dan trotoar sempit)
Ahmad mengatakan, hanya sepanjang Jalan Jenderal Sudirman-MH Thamrin-Medan Merdeka Barat yang kondisi trotoarnya sudah layak. Namun, para pejalan kaki juga tetap mesti berhati-hati karena banyak pot besar di tengah trotoar.
"Niatnya mempercantik tapi malah mengganggu, bahkan tanamanya juga tidak indah dipandang," kata dia.
DIMAS SIREGAR