TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengamuk, penjualan pelbagai peralatan sekolah di acara Jakarta Book & Edu Fair 2015 lesu. "Sekarang acara menjadi sepi dari pengunjung," kata salah satu pedagang, Guntoro, saat dihubungi Tempo, 1 Agustus 2015.
Efek domino dari minimnya pengunjung membuat penghasil pedagang di festival tahunan ini turut seret. Menurut Guntoro, pendapatan pedagang turun sampai 70 persen dibandingkan hari pertama acara. "Kami sudah rugi," ucap pedagang tas itu.
Agar pengunjung kembali membeludak dan menarik minat pembeli lagi, semua pedagang bersepakat memberi diskon untuk semua produk. Diskon, kata Guntoro, bervariasi mulai dari 5-10 persen. "Kami jual lebih murah lagi," kata dia.
Padahal, ia melanjutkan, sebelum diberi diskon pun semua produk lebih murah ketimbang produk yang sama yang dijual di retail. Misalnya tas. Harga tas di pasaran di kisaran Rp 90-100 ribu. Sedangkan di JakBook, ujar dia, dengan jenis dan merek yang sama hanya dibanderol Rp 75-80 ribu. "Jadi tidak mahal," ucapnya.
Sebelumnya, Gubernur Ahok murka karena mendapat laporan bahwa peralatan sekolah yang dijual di pameran buku dan pendidikan ini lebih mahal ketimbang peralatan yang sama di pasaran. Padahal acara itu diselenggarakan oleh Ikatan Penerbit Indonesia bersama Bank DKI yang menyasar pemegang Kartu Jakarta Pintar.
Ahok bahkan mendapati sendiri pengunjung harus membayar lebih mahal di pameran dibanding membeli produk serupa di toko buku atau di luar pameran. “Ini namanya kurang ajar,” kata Ahok saat membuka acara itu di area parkir timur Senayan, Senin, 27 Juli 2015.
Ihwal temuan Ahok, Guntoro mengatakan hari pertama acara JakBook sangat diminati masyarakat. Walhasil, suasana pun menjadi kacau, bahkan beberapa mesin alat pembayaran sempat macet. Jika ada produk mahal murni karena kacaunya suasana. "Tingkat kesalahan menjadi lebih tinggi."
ERWAN HERMAWAN