TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Umar Farouq mengatakan timnya telah menangkap tujuh orang anggota Forum Betawi Rempug yang melakukan aksi anarkis di Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur. Delapan tersangka lainnya, kata dia, tengah dikejar oleh timnya. "Yang menjadi target operasi ada 15 orang," kata Umar saat dihubungi, Selasa, 11 Agustus 2015.
Ia menjelaskan ada tujuh tersangka yang ditangkap dengan inisial P, R, I, T, A, G, K. "Ditangkapnya di Lebak Bulus dan Cilandak," kata dia. Ketujuh tersangka ditangkap karena diduga sebagai dalang kerusuhan antara anggota ormas dengan FBR.
Ia menuturkan polisi tak akan memberi keringanan kepada para tersangka. "Sebelumnya kan saya bilang kalau mau serahkan diri akan ada keringanan. Tapi kalau sampai polisi yang nangkap enggak akan ada keringanan," kata dia. Ia juga mengatakan tak akan pandang bulu dalam menuntaskan kasus.
Menurut Umar, penangkapan dan penetapan tersangka diharapkan membuat efek jera. "Mudah-mudahan besok lagi tidak ada kejadian sama terulang," kata dia. Ia mengatakan polisi tak akan memilah kasus dan mengistimewakan pelaku meskipun dari unsur organisasi massa.
Kerusuhan antara FBR dengan warga terjadi pada Sabtu, 8 Agustus 2015 sekitar pukul 13.30 WIB. Menurut Umar, sekitar 30 orang yang mengenakan atribut FBR melakukan penyerangan terhadap sekelompok tukang parkir. Kericuhan diduga akibat tukang parkir tersebut menggunakan atribut organisasi Pemuda Pancasila.
Kepala Kepolsian Sektor Jatinegara Komisaris Suwanda mengatakan kericuhan bermula ketika warga melindungi tukang parkir yang mengenakan atribut PP tersebut. Namun upaya warga membuat anggota FBR semakin beringas. Warga yang tidak senang akhirnya melakukan perlawanan.
Akibat tawuran ini, dua warga terluka sayatan senjata tajam dan terinjak massa. "Satu motor milik anggota FBR dibakar warga," kata dia. Seluruh korban saat ini berada di Rumah Sakit Kramatjati untuk mendapat perawatan.
Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya akan memberantas ormas-ormas yang menguasai lahan parkir. Ahok bahkan menyebut dirinya kini adalah kepala preman.
Lutfi Hasan, Ketua FBR, mengaku tidak peduli dengan pernyataan Ahok yang menyebut bahwa Ahok kini adalah kepala preman. "Enggak ada masalah, dia mau bilang kepala penjahat, kepala bagian, kepala rampok, enggak ada masalah dengan kita. Kita enggak pernah bersentuhan apa-apa dengan dia, kok,” ujar Lutfi.
Selain itu, Luthfi juga merasa tidak ada ormas yang menguasai lahan parkir selama ini. Ia berpendapat pernyataan Ahok tersebut terlalu naif untuk memberantas ormas-ormas tersebut. Namun dirinya mendukung apabila sistem parkir diperbaiki untuk dikelola pemerintah daerah.
“Justru artinya bahwa lahan parkir itu menjadi resmi karena dikelola oleh pemda. Namun jangan dilupakan bahwa tukang parkirnya harus orang-orang di sekitar situ, bukan orang-orang yang direkrut dari tempat lain. Saya kira itu tidak masalah,” ucapnya.
DINI PRAMITA