TEMPO.CO, Tangerang - Warga Kota dan Kabupaten Tangerang mengeluhkan krisis air bersih yang terjadi sejak tiga hari belakangan ini. Hingga kini krisis air tersebut belum juga teratasi. Saluran air bersih dari Perusahaan Air Minum di wilayah itu mati total.
”Kami tak bisa berbuat apa-apa, parah sekali kondisinya,” ujar Sri Rosdiana, 36 tahun, warga Perumnas I, Kota Tangerang, kepada Tempo, Rabu, 12 Agustus 2015.
Baca Juga: Evan Dimas ke Spanyol, Begini Perjuangan yang Harus Ditembus
Sri mengatakan selama tiga hari ini mereka bertahan dengan air galon yang mereka beli dengan harga yang cukup mahal. Per galon air kemasan isi ulang dibeli dengan harga Rp 5000. ”Kami sekeluarga tidak mandi, hanya sikat gigi dan cuci muka saja,” katanya.
Menurut Sri, tiga hari air mati membuat usaha kateringnya terganggu. ”Bagaimana mau kerja, masak memasak membutuhkan air yang banyak. Kalau pakai air galon semua, bisa tekor saya,” katanya.
Baca Juga: Evan Dimas ke Spanyol, Begini Perjuangan yang Harus Ditembus
Pelanggan air di Taman Cibodas juga mengeluhkan air yang mati. ”Enggak bisa ngapa-ngapain,” kata Andri, 30 tahun. Pegawai swasta ini mengaku tidak ada yang bisa dilakukan dengan air mati selama beberapa hari ini. ”Mau gimana lagi, paling solusinya beli air galon,” katanya.
Direktur PDAM Tirta Kertaraharja Kabupaten Tangerang Rusdy Machmud mengatakan terganggunya layanan air bersih di wilayah Perumnas I, 2, 3 dan wilayah Kecamatan Cibodas disebabkan berkurangnya kapasitas produksi air di Instalasi Pengolahan Air Cikokol. Saat ini kapasitas produksi hanya 150 liter/detik dari 1200 liter/detik produksi normal. ”Penyebabnya karena Sungai Cisadane surut, pompa intake kami tidak bisa menyedot air baku,” katanya.
Menurut Rusdy, surutnya air sungai disebabkan oleh kemarau serta ditambah dengan jebolnya pintu enam Bendung Pintu Air 10 yang hingga kini belum juga tertangani.
JONIANSYAH