TEMPO.CO, Depok - Kolonel Sus Mardoto, ayah Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Universitas Indonesia yang ditemukan tewas di Danau Kenanga, kompleks Universitas Indonesia, Depok, pada lima bulan lalu, menduga anaknya mengalami kekerasan akademis.
Mardoto yakin anaknya tidak hanya mendapatkan luka fisik, tapi juga mental karena mengalami kekerasan secara akademis. "Intinya, Akseyna mengalami kekerasan akademis dan fisik. Tapi saya tidak bisa jelaskan lebih lanjut," kata Mardoto saat dihubungi Tempo, Rabu, 26 Agustus 2015.
Mardoto juga masih meyakini Akseyna tewas dibunuh. Dia ingin polisi cepat mengungkap misteri kematian Akseyna yang hingga kini belum terpecahkan. "Saya menunggu hasil final penyidikan polisi," ucapnya.
Bahkan curahan hati Mardoto bahwa terjadi kekerasan akademis pada Akseyna juga dituangkan dalam cuitannya di media sosial Twitter. "Saya semakin yakin: Ace mengalami tindakan-tindakan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam bentuk kekerasan akademis dan kekerasan fisik," cuit Mardoto, Selasa, 24 Maret 2015.
Dugaan kuat Ace--panggilan akrab Akseyna--dibunuh sempat diungkapkan polisi karena melihat adanya luka lebam pada tubuh korban akibat hantaman benda tumpul. Selain itu, ada sobekan di belakang sepatu Ace yang diduga rusak karena pelaku menyeretnya ke Danau Kenanga.
Ditambah, analisis grafolog dari Amerika Hand Writing, Deborah Dewi, menyatakan ada dua orang yang menulis secarik kertas yang ditemukan teman Ace di kamar korban di Wisma Widya, Kelurahan Kukusan, Beji.
Menanggapi dugaan Mardoto soal adanya kekerasan akademis, Kepala Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI Yasman menuturkan tidak mengetahui maksudnya. "Kekerasan fisik, saya paham. Kalau kekerasan akademik, saya tak paham. Baru kali ini saya tahu," ujarnya.
IMAM HAMDI