TEMPO.CO, Bandung - Munculnya angkutan dengan sepeda motor bernama Go-jek dan Grabike tidak hanya mendapat penolakan dari tukang ojek pangkalan, tetapi juga memperoleh penolakan dari sebagian sopir taksi. Jika di beberapa kawasan di Jakarta terdapat spanduk "kawasan anti-gojek", dan beberapa tukang ojek pangkalan diduga melakukan intimidasi bahkan pemukulan terhadap driver Go-Jek, lain lagi dengan kasus di Bandung.
Di Kota Kembang, kemarin, puluhan taksi berkumpul di pintu gerbang Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganesha, Bandung. Mereka berkumpul dan membentangkan spanduk yang bertuliskan penolakan terhadap sejumlah moda transportasi baru era digital di Kota Bandung.
Di Aula Barat ITB sendiri, Pemerintah Kota Bandung menggelar seminar Fenomena Moda Transportasi Baru Kota Bandung di Era Digital. Dalam acara tersebut hadir sejumlah CEO dari moda transportasi tersebut dan puluhan sopir taksi.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan pihaknya menunggu solusi legalitas dari acara tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman antar-moda transportasi.
Selain itu, Sekretaris Paguyuban Pengemudi Taksi Kota Bandung Tedi Nugraha mengatakan penghasilan para sopir taksi mengalami penurunan sebab sebagian penumpang yang biasa menggunakan jasa mereka beralih ke Go-Jek. Di antara puluhan taksi yang terparkir di depan Kampus ITB, beberapa spanduk penolakan di bentangkan pada badan taksi. Mereka menolak keberadaan moda transportasi di era digital seperti taksi Uber, Grab Taxi, dan Go-Jek.
DICKY ZULFIKAR NAWAZAKI