TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku senang menghadapi berbagai macam awak pers yang ada di Indonesia. Salah satunya WTS, atau Wartawan Tanpa Surat Kabar.
"Sejak saya masih bupati, saya paling demen ribut sama WTS, Wartawan Tanpa Surat Kabar, yang terbitnya tidak tentu, kadang-kadang sebulan sekali," kata Ahok dalam acara Anugerah Jurnalistik MH Thamrin Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya ke-41, Kamis, 27 Agustus 2015 di Balai Kota.
Ahok menjelaskan para WTS senang mencari-cari kesalahannya dan anak buahnya. Menurut dia, itu sebuah keuntungan. "Mereka ini enggak suka sama saya, makanya mereka incar kesalahan saya dan semua pejabat yang ada di bawah naungan saya. Jadi saya mendapatkan auditor gratis," ujar Ahok.
Ahok pun menyatakan ia tidak pernah takut menghadapi media. Ia juga tak terganggu dengan pemberitaan yang tendensius atau berusaha menjatuhkan dirinya. "Saya tidak takut dengan insan pers, baik yang tendensius, yang mau menjatuhkan kami, atau pesanan dari politikus. Bagi saya black campaign tetap campaign juga," kata Ahok.
Ahok juga menuturkan ulah sejumlah oknum pers yang mencoba mengusik dirinya. "Kami diajari untuk jangan pernah doorstop. Saya tahu kalo Anda doorstop, sengaja mancing saya marah supaya dapat angle, atau mengulang-ngulang pertanyaan untuk mengarahkan, saya tahu ini sudah enggak benar," kata Ahok.
Namun Ahok juga mengapresiasi media yang masih menjunjung tingg idealisme. Ia berharap awak media menulis fakta kekurangan DKI Jakarta untuk membantu koreksi. Menurut dia, pemberitaan yang baik adalah pemberitaan yang berimbang. "Saya mengimbau insan pers tulislah yang berimbang dan mendidik. Jangan mencari kekayaan. Saya rasa semua yang masuk pers punya idealisme," ujar Ahok
Ahok untuk pertama kalinya menghadiri Anugerah Jurnalistik MH Thamrin Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Perhelatan ini memberikan apresiasi bagi karya-karya jurnalistik terbaik, khususnya seputar DKI Jakarta.
NIBRAS NADA NAILUFAR