TEMPO.CO, Jakarta - Kompleks Permata atau yang lebih dikenal dengan Kampung Ambon di Cengkareng, Jakarta Barat, bekas 'restoran' narkotika terbesar se-Asia Tenggara, sudah dinyatakan bebas narkoba. Namun di sana menyisakan persoalan baru, tingginya angka pengangguran.
Mantan pecandu narkotika di wilayah ini hampir semuanya telah direhabilitasi. Setelah sembuh, mereka justru tak memiliki kegiatan, apalagi penghasilan. Umur yang tidak lagi produktif dan menyandang status sebagai mantan pengguna narkoba pun menjadi penghalang mereka mencari rezeki.
"Sekarang saya menganggur, nebeng bersama kakak. Cuma kan nggak enak, udah gede masih minta uang. Saya juga punya anak. Rehabilitasi saja tidak cukup, saya butuh kerja," kata Sara, mantan pengguna narkoba yang telah sembuh total, kepada Tempo, Selasa, 8 September 2015.
Ia mengatakan, tidak ada orang yang menerima karyawan mantan pecandu narkotika. Padahal mereka semua bisa bernyanyi, merangkai bunga atau prakarya lain. Sara bahkan mengaku bisa memandikan mayat. Di satu sisi, keluarga mereka butuh penghasilan untuk bertahan hidup. "Kalau terus menganggur begini, sempat berpikir mau jualan (narkoba) lagi," ujarnya dengan nada pelan.
Menjadi pengangguran membuat para mantan pecandu hanya berdiam diri di rumah. Angka penggunaan narkoba yang turun malah membuat angka kejahatan lain menjadi naik. Selama sebulan ini terjadi pencurian sepeda motor dan pemalakan yang dilakukan oleh mantan pecandu dan pengedar narkotika.
"Kemarin ada motor hilang, terus juga ada warga yang malak. Ini karena mereka butuh makan. Takutnya kalau dibiarkan, mereka bisa kembali menjual narkoba lagi," kata Yeni Ritiau, Ketua RW 07, Kompleks Permata, kepada Tempo.
Saat ini, perkampungan yang dulu ramai itu hanya dipenuhi stiker-stiker pernyataan bebas dari narkoba menempel di setiap rumahnya. Jalanan pada 2012 lalu itu ramai dan tak pernah sepi dari bisingnya knalpot sepeda motor selama 24 jam, kini sunyi bahkan di siang hari.
BAGUS PRASETIYO