TEMPO.CO, Bekasi - Kepolisian Resor Kota Bekasi menangkap tiga anggota komplotan perampok spesialis nasabah bank pada Ahad malam kemarin. Dua di antaranya bapak dan anak. Mereka ditembak karena berusaha melarikan diri.
"Modus para tersangka adalah memecahkan kaca mobil dan mengempeskan ban," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bekasi Komisaris Ujang Rohanda, Senin, 21 September 2015. Para tersangka ditangkap di tempat persembunyiannya di Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Ujang berujar, mereka ditangkap saat polisi mendapatkan informasi tempat persembunyiannya. Sekitar pukul 23.00 WIB, polisi menggerebek sebuah rumah kontrakan yang ditinggali para tersangka. "Ketika digerebek, mereka melarikan diri," ucap Ujang. Mereka adalah Bejo, 49 tahun; anaknya, Sandi (26); dan rekannya, Deden (41).
Bejo, ucap dia, sempat melompat hingga kaki kanannya patah. Namun pria asal Palembang, Sumatra Selatan, tersebut malah melawan polisi, yang kemudian menembak kaki kirinya. Sedangkan Sandi berusaha melarikan diri tanpa menghiraukan tembakan peringatan. "Kami juga melumpuhkan kaki kirinya," ujar Ujang.
Menurut Ujang, kelompok tersebut sudah beraksi 13 kali di Bekasi. Adapun tujuh anggota komplotannya lebih dulu ditangkap dan ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Bulak Kapal, Bekasi. "Ketika penangkapan sebelumnya, tersangka kabur ke kampungnya," tuturnya.
Modus yang digunakan, kata Ujang, adalah mencari calon korbannya di bank. Setelah didapati nasabah yang mengambil uang dalam jumlah banyak, pelaku segera diberi tahu pelaku lain yang berada di luar berikut dengan ciri-cirinya. "Anaknya membuntuti, kemudian menancapkan paku dari potongan paku payung," kata Ujang.
Di tengah perjalanan, tersangka yang mengendarai sepeda motor memberi tahu korban bahwa bannya kempes. Ketika korban turun, pelaku mengambil uang yang ditaruh di dalam mobilnya. Kawanan ini tak segan melukai korban jika aksinya ketahuan. "Salah satu korban di Bekasi Timur menderita luka bacok dan uangnya Rp 100 juta dilarikan," ucap Ujang.
Kepada wartawan, tersangka Bejo, yang kerap dipanggil Abah, mengakui perbuatannya. Ia mengaku tak ingat pasti jumlah nasabah bank yang dirampok kelompoknya. Menurut dia, uang hasil rampokan dipakai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari serta dikirimkan kepada keluarganya di kampung. "Saya kebagian Rp 10 juta," ujar Abah di atas kursi roda.
ADI WARSONO