TEMPO.CO, Jakarta - Guru-guru dan siswa-siswi SDN 07 Kalideres mengadakan tabur bunga yang disertai dengan berdoa bersama di makam Putri Nur Fauzia di Taman Pemakaman Umum Kober, Kalideres, Jakarta Barat, Senin, 5 Oktober 2015.
“Ini memang kegiatan bersama dari sekolah untuk mengirim doa buat Putri. Yang ikut pun juga dari teman-teman sekelas Putri,” ujar Filar Fhitaloka, 29 tahun, wali kelas Putri yang duduk di kelas III SD tersebut.
Filar menambahkan, acara ini merupakan agenda dari sekolah. “Hari ini memang mau doa ke makam, besok baru kami melayat ke rumah Putri bersama-sama,” kata guru yang akrab disapa Pipit itu kepada Tempo.
Di pusara Putri, semua guru dan siswa bergantian menabur bunga setelah sebelumnya berdoa sambil melingkari makam. Selain teman sekelas dan para guru, acara ini dihadiri aparat kepolisian Jakarta Barat yang sebelumnya telah mengadakan penyuluhan tentang keamanan di sekolah tersebut.
Putri Nur Fauzia, 9 tahun, hilang sejak Jumat siang. Malamnya, mayat Putri ditemukan di dalam kardus di salah satu gang di kawasan Kampung Belakang, Kamal, Jakarta Barat. Menurut pemeriksaan, terdapat darah pada kemaluan dan dubur korban. Diduga, sebelum dibunuh, korban juga mengalami pelecehan seksual.
Putri dinyatakan hilang karena tak kunjung pulang ke rumah dari sekolahnya di SD 05 Pagi Kalideres. Padahal biasanya dia pulang pada pukul 09.30. "Karena itu Jumat, jadi pulang cepet," tutur paman korban, Abdul Khair, 43 tahun.
Abdul Kahir mengatakan kedua orang tua Putri telah berpisah sejak lama. Saat ini, korban tinggal bersama ibu dan neneknya di Rawa Lele, RT 006 RW 07, Kalideres. Pamannya menjelaskan bahwa Putri sosok yang terbuka. "Dia orangnya selalu bilang kalau ada apa-apa," ucapnya.
BAGUS PRASETIYO