TEMPO.CO, Jakarta - CEO Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim mengungkapkan, setiap hari, Go-Jek selalu mengeluarkan sopir-sopir dari kemitraan mereka. “Sebabnya banyak. Ada yang rating-nya rendah, order fiktif, dan lain sebagainya,” ujar Nadiem dalam acara peluncuran layanan Go-Box pada perhelatan Indonesia Transport Supply Chain & Logistics di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu, 7 Oktober 2015.
Nadiem berujar, pengontrol layanan-layanan yang disediakan Go-Jek adalah para pengguna Go-Jek. “Kami memantau pemberian rating dari customer. Jika driver memiliki rating di bawah empat, akan kami tanya apa sebabnya,” kata Nadiem.
Baca juga:
5 Misteri dalam Kasus Bocah yang Dibunuh dalam Kardus
Alasan Budi Waseso Ingin Evaluasi Rehabilitasi Pengguna Narkoba
Menurut dia, jika para sopir Go-Jek yang sudah diberikan peringatan tidak mengalami perubahan, Go-Jek akan memberikan kartu kuning kepada mereka. “Jika ada customer yang melaporkan adanya driver yang ditilang ke kami, kami juga akan langsung memberikan kartu kuning,” tutur Nadiem.
Dia menambahkan, Go-Jek akan melepas kemitraannya apabila para sopir Go-Jek telah mendapatkan kartu kuning sebanyak tiga kali. “Oke, kamu enggak boleh gabung lagi dengan kami, itu aja,” ucap Nadiem.
Simak juga:
Jomblo? Ini Lima Biro Jodoh yang Paling Hip di Indonesia
Bocah Dibunuh dalam Kardus, Kapolda Tito Duga Ini Pelakunya
Nadiem melanjutkan, Go-Jek juga tidak bertanggung jawab jika sopir-sopir Go-Jek melakukan tindakan melanggar hukum. “Mereka bukan pegawai kami. Perlu diingat bahwa kami adalah perusahaan aplikasi,” ujarnya.
Nadiem berujar, pihak yang berwenang untuk menindak para sopir Go-Jek yang melanggar peraturan adalah Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan Kepolisian Daerah Metro Jaya. “Kami hanya bisa beraksi dari sisi aplikasi. Kami hanya bisa bertindak sebatas mengeluarkan mereka dari kemitraan,” kata Nadiem.
ANGELINA ANJAR SAWITRI