TEMPO.CO, Jakarta - Wanita 50 tahun, Wiji Lestari, ditemukan tewas di rumahnya, Jalan Haji Sabar Nomor 67, RT 004 RW 01, Kelurahan Kampung Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Selasa, 3 November 2015. Mayat Wiji ditemukan dalam posisi telentang dan wajahnya berlumuran darah.
Sri Haryanti, tetangga Wiji, awalnya curiga melihat lampu rumah tetangganya masih menyala hingga sore hari. "Saya juga seharian enggak lihat Mbak Wiji keluar," katanya kepada Tempo.
Menurut Sri, Wiji tinggal sendirian di rumah itu. Sehari-hari, perempuan itu biasa keluar rumah sekitar pukul 10.00 untuk berjualan buah dan sayur di Pasar Induk. Dia selalu mematikan lampu sebelum keluar rumah. "Dia juga selalu menyapa tetangga saat berangkat," ucap Sri.
Karena seharian tidak melihat Wiji, Sri menjadi khawatir terjadi sesuatu. Karena itu, dia meminta seorang tetangga menanyakan keadaan Wiji kepada keponakannya, Wiwid Nanda. Wiwid pun datang, mencoba membuka pintu rumah bibinya. Tak berhasil, ia pergi menuju pasar. "Mungkin mau ngecek bibinya ada di pasar atau tidak," ujar Sri.
Tak lama kemudian, Wiwid kembali ke rumah Wiji. Ia memanjat tembok untuk masuk ke rumah lewat atap. Selang beberapa menit, Sri mendengar suara teriakan Wiwid. "Emaaaak," tutur Sri menirukan seruan Wiwid. Sri memanggil Wiwid untuk meminta dibukakan pintu. Ia menemukan Wiwid menangis bersandar di sofa. "Emak enggak ada," katanya lagi menirukan ucapan Wiwid.
Sri menyibak tirai kamar Wiji dan melihat tubuh tetangganya itu telentang di lantai. Wajahnya berlumuran darah. Mulutnya disumpal celana daster. "Lemas saya melihatnya," ucap Sri.
Mayat Wiji kemudian dibawa petugas Kepolisian Sektor Ciracas untuk divisum. Pada pukul 03.00 tadi, jenazah Wiji dibawa ke Klaten untuk dimakamkan. Ditemui di rumahnya, Wiwid tidak ingin berbicara mengenai kepergian bibinya. "Saya hanya bisa bilang sudah dibawa ke Klaten," ujarnya.
VINDRY FLORENTIN