TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama hari ini, Senin, 23 November 2015, memenuhi panggilan Badan Pemeriksa Keuangan perihal pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras. Bersama pengawalnya, Ahok datang sekitar pukul 09.15 setelah berjalan kaki dari Kompleks Parlemen, Senayan, karena jalanan menuju BPK di Jalan Gatot Subroto macet.
Ahok diperiksa auditor di lantai 12 gedung BPK. Pemeriksaan berlangsung tertutup. Hingga kini, mantan Bupati Belitung Timur tersebut masih diperiksa dan belum keluar ruangan.
Agenda Ahok ke BPK adalah memberikan keterangan terkait dengan pembentukan keputusan membeli lahan RS Sumber Waras, Jakarta Barat. Sebelumnya, dia mengatakan akan menyerahkan dua bukti video rapat yang menyinggung perihal pembelian lahan RS Sumber Waras. "Kami berikan video rapat pimpinan, bagaimana kami membuat putusan," kata Ahok, kemarin.
Saat itu Ahok mengaku juga akan menjelaskan masalah tanggal pembayaran tanah yang berbeda. "Supaya dia mengerti kenapa kami bayarnya tanggal belasan, kenapa dulu bilangnya tanggal 15 terus diperpanjang," ucapnya.
Menurut Ahok, penentuan tanggal tersebut dimaksudkan untuk mendisiplinkan pegawai. Sama prinsipnya dengan konstruksi, pengerjaan bisa saja diselesaikan pada tanggal 31 tepat atau diperpanjang jika memang belum rampung.
Ahok juga akan menjelaskan masalah tidak konsisten yang ditujukan kepadanya. Ahok dinilai tidak konsisten karena peruntukkan rumah sakit berubah menjadi rumah sakit kanker saja. Padahal awalnya Ahok menuturkan RS Sumber Waras akan menjadi pusat jantung dan kanker.
Ahok mengakui bahwa rencananya berubah. Sebabnya, pasien jantung perlu mendapatkan penanganan yang cepat. Penempatan di satu titik dinilai percuma.
"Kalau kena jantung, enggak boleh lolos lebih dari 12 jam," ujar Ahok, yang mengaku sudah bertemu dengan perwakilan RS Jantung. Akhirnya diputuskan bahwa pusat penanganan jantung disebar di berbagai daerah demi kecepatan. "Ada di Tarakan dan Cengkareng. Nanti di Pasar Minggu juga ada," katanya.
Karena itu, kini Ahok memilih memusatkan penanganan kanker di RS Sumber Waras. Pasalnya, kebutuhan rumah sakit paling tinggi di Jakarta adalah rumah sakit jantung dan kanker. "Bukan enggak konsisten, itu suatu pertimbangan teknis," ucapnya.
Ahok tetap yakin tidak ada kesalahan dalam pembelian lahan RS Sumber Waras.
BAGUS PRASETIYO | VINDRY FLORENTIN