TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi mengajak warganya mengubah kebiasaan tata kelola sampah yang lama dengan yang lebih produktif.
"Selama ini, kami masih melihat sampah itu hanya dikumpulkan tanpa dipilah terlebih dulu," katanya saat launching Pencanangan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum di kawasan Rusun Marunda, Jakarta, Sabtu, 28 November 2015.
Rustam berujar, biasanya, warga membuang sampah tanpa mempertimbangkan sisi ekonomis, yakni dengan mengumpulkan, mengangkut, kemudian membuang langsung ke tempat sampah. Padahal sudah seharusnya pengelolaan sampah itu juga dilakukan warga dengan menerapkan metode 3R, yakni recycle, reuse, dan reduce. "Dengan cara ini, sampah akan memiliki nilai ekonomis dan bermanfaat bagi warga," ucapnya.
Tidak hanya memiliki nilai ekonomis, dengan penerapan metode 3R, warga juga turut serta meminimalkan volume sampah yang dihasilkan warga DKI Jakarta Dengan begitu, akan banyak sampah yang dimanfaatkan warga sendiri tanpa harus dibuang langsung. "Sejauh ini, volume sampah yang dihasilkan warga DKI Jakarta bisa mencapai 7.000 ton setiap hari," tuturnya.
Meski sulit, Rustam optimistis metode tersebut bisa diterapkan di masyarakat. Sebab, menurut dia, Pemerintah Provinsi DKI akan mendorong warga agar mampu mengelola sampah yang dihasilkannya sendiri. Seperti dengan memfasilitasi warga dalam membangun bank sampah di daerah masing-masing.
"Saya sudah berkoordinasi dengan beberapa instansi pemerintah untuk merealisasikan hal ini. Tentunya dengan melibatkan RT dan RW di seluruh Jakarta Utara," kata Rustam.
Sejauh ini, ucap dia, Pemprov DKI Jakarta telah mengeluarkan anggaran sekitar Rp 1,4 triliun hanya untuk penanggulangan sampah di Ibu Kota. Bahkan, menurut dia, untuk tahun depan, anggaran tersebut akan ditambah menjadi Rp 2,5 triliun. "Padahal, kalau anggaran tersebut untuk bikin rumah susun, pasti bermanfaat banget," ujarnya.
ABDUL AZIS