TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan mahasiswa asal Papua ditangkap saat menggelar unjuk rasa di bundaran Hotel Indonesia, Selasa, 1 Desember 2015. Awalnya, sekitar 150 mahasiswa berkumpul di dua titik di bundaran HI sehingga menghambat lalu lintas.
Polisi datang dan meminta mahasiswa berunjuk rasa ke gedung Dewan Perwakilan Rakyat atau Gelora Bung Karno. Namun mereka menolak. Polisi akhirnya memaksa mahasiswa menyingkir dari badan jalan.
Suasana yang semula tertib berubah memanas. Batu terlihat "beterbangan". Polisi membalas dengan tembakan gas air mata. Beberapa demonstran terluka dan puluhan di antaranya ditangkap. Mereka dibawa ke Polda Metro Jaya.
"Ada ratusan teman kami yang dibawa ke Polda," ujar Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Papua Jefri Wenda di bundaran HI. Ia bercerita, selain teman-temannya yang berunjuk rasa di bundaran HI, polisi menangkap rombongan mahasiswa Papua yang datang dari Tangerang.
"Seharusnya yang bisa ikut demo hari ini sekitar 500 orang, tapi sudah ditangkap sebelum mereka ke sini," katanya. Padahal, menurut Jefri, rencana aksi tersebut sudah diberitahukan secara resmi kepada polisi tiga hari sebelumnya.
Kepala Polsek Menteng Komisari Dedy Tabrani mengatakan pihaknya belum mendapat pemberitahuan tentang rencana unjuk rasa tersebut. Karena itu, polisi tidak siap mengantisipasi kemacetan lalu lintas. "Tidak bisa kalau hanya mengirim surat, harus disetujui dulu," ucapnya.
Rencananya, 500 mahasiswa Papua se-Jawa dan Bali akan melakukan long march dari bundaran HI ke Istana Negara. Mereka menuntut kebebasan menentukan nasib Papua. "Kami juga ingin mengingatkan bahwa sejak 1 Desember 1961 seharusnya Papua sudah merdeka," ujarnya. Kemudian massa serempak berteriak, "Merdeka!"
MAYA AYU PUSPITASARI