TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengancam akan membekukan trayek Metromini B80 jurusan Kalideres-Jembatan Lima. Alasannya, Dinas Perhubungan sering mendapat laporan tetang prilaku awak Metromini B80 yang sering ugal-ugalan di jalan raya.
Bahkan mereka kerap melanggar aturan lalu lintas. "Kelalaiannya membuat orang lain menjadi korban. Kami akan beri sanksi keras, kalau perlu trayeknya dicabut," kata Wakil Kepala Dinas Perhubungan Yani Wahyu di lokasi kejadian, Ahad, 6 Desember 2015.
Pernyataan Yani tersebut sebagai tanggapan atas kecelakaan yang terjadi di lintas sebidang di bawah flyover Jalan Tubagus Angke. Metro Mini B80 menerobos pintu lintasan dan ditabrak KRL Commuter Line. Dua puluh empat orang menjadi korban, 18 diantaranya tewas termasuk sopir Metro Mini dan kernetnya.
SIMAK: Penjaga Perlintasan Ini Cerita, Detik-detik Metromini Terobos KRL: Allahu Akbar
Menurut Yani, dari laporan warga, Metro Mini B86 memang sering menerobos perlintasan kereta. Bahkan sopir kerap memaksa melintas meski sirene peringatan telah berbunyi dan palang pintu telah diturunkan. "Kejadian kali ini harus menjadi pelajaran," katanya.
Pepen, tukang ojek di sekitar Stasiun Angke menuturkan bahwa Metro Mini B80 tidak hanya menerobos perllintasan, namun sering ngetem di dekat rel. "Sebenarnya bahaya, tapi tetap saja banyak yang naik," kata Pepen.
Perlintasan itu, kata Pepen, setiap hari ramai dengan kendaraan. Pada saat kecelakaan, hanya Metro Mini dengan nomor polisi B 7760 FD itu saja yang menerobos. Sementara kendaraan lain menunggu dengan tertib di belakang palang pintu.
Petugas palang pintu Endang Supriyadi sudah memperingatkan dengan berteriak kepada sang sopir. "Dia masuk dari celah di kanan. Kalau dia berhenti di rel jalur satu, Insya Allah dia masih selamat, tetapi dia sudah di jalur dua kereta," ujarnya. "Saat ketabrak saya cuma bisa teriak, Allahu Akbar."
Metro Mini tersebut dikemudikan Asmadi dan kernet bernama Agus Muhammad. Keduanya tewas dalam kejadian itu. Polisi membuka posko informasi bagi keluarga korban di dekat lokasi kejadian.
INDRI MAULIDAR