TEMPO.CO, Depok - Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail mendadak jadi sopir angkutan kota D11 jurusan Terminal Depok-Pal, Selasa, 18 Januari 2016. Baru duduk di kursi sopir, Nur Mahmudi langsung mendapat petuah dari sopir angkot D11 jurusan Terminal Depok-Pal.
Pria yang bakal lengser dari jabatannya 26 Januari 2016 ini mengaku merasakan kesulitan sopir angkot mencari penumpang dan macetnya jalanan di Depok.
Nur Fatoni, sopir angkot D11, memberi nasihat kepada Nur Mahmudi, bahwa sopir angkot di Depok harus bisa menjaga emosi. Soalnya, jalan macet dan penumpang yang naik beraneka ragam. "Harus legawa dan harus sabar," kata Fatoni.
Menurut Fatoni, kalau tidak sabar dalam mengemudi, bisa berakibat fatal. Angkot yang dikemudikan bisa saja menabrak karena terbawa emosi. Selain itu, sopir angkot juga kerap pasrah dengan penumpang yang membayar tidak sesuai dengan tarif. Tak jarang penumpang yang seharusnya membayar Rp 3.000 untuk jarak dekat, hanya menyerahkan Rp 2.000. Meski terkadang ada juga penumpang yang membayar lebih.
Fatoni melanjutkan, sopir juga harus memastikan penumpang telah duduk terlebih dulu, baru angkot berjalan. Sopir harus melihat keadaan penumpang yang naik angkot. "Pastikan sudah duduk dan turun juga dipastikan penumpang aman," ujarnya.
Sementara itu, Nur Mahmudi, yang merasakan pengalaman menjadi sopir 'tembak', mengatakan sopir harus menyiapkan legalitas diri dan kendaraan yang dibawanya. "Harus punya SIM A Umum dan menggunakan seragam," ucapnya.
Dengan menjajal menjadi sopir angkot, Nur Mahmudi jadi mengetahui kondisi sarana dan prasarana umum transportasi di Depok. Yang pasti, kata dia, transportasi umum mesti menjaga keamanan, menyapa penumpang, tertib, dan disiplin.
Depok, menurut dia, mempunyai 22 jurusan angkot dengan total 2.884 kendaraan. Jumlah tersebut sudah tidak bisa bertambah lagi. "Jumlah angkot juga tidak boleh kebanyakan dan harus disiplin," ujarnya. (Berita Pilihan Tempo: Ahok: BPJS Membuat Bangsa Indonesia Naik Satu Peringkat)
IMAM HAMDI