Bondan Winarno Raih Lencana Pramuka dari Lady Olave Baden Powell
Reporter
Untung Widyanto
Editor
Untung Widyanto
Rabu, 29 November 2017 14:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wartawan, penulis dan presenter kuliner Bondan Winarno meninggal karena penyakit jantung di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta pada Rabu 29 November 2017. Pria kelahiran Surabaya, 29 April 1950 itu terkenal dengan ungkapannya yaitu "Pokoe maknyus!" Ungkapan ini sering diparodikan dalam suatu kondisi yang nyaman, enak dan lainnya.
Sejak remaja, Bondan Winarno aktif menulis. Setelah itu tulisannya terbit di berbagai media, seperti Tempo, Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Mutiara, Asian Wall Street Journal, dan lain-lain.
Baca juga: Kisah Bondan Winarno Jadi Ketua Regu di Jambore Pramuka Dunia
Pada 1987-1994 ia beralih menjadi pengusaha dan menjabat sebagai Presiden Ocean Beauty International, sebuah perusahaan makanan laut yang berbasis di Seattle Washington, Amerika Serikat.
Antara 1998-1999 ia menjadi konsultan untuk Bank Dunia di Jakarta, dan setelah itu, hingga 2000 ia menjadi direktur eksekutif dari sebuah organisasi pelestarian lingkungan. Pada 2001-2003 ia menjadi pemimpin redaksi harian Suara Pembaruan.
Peran dan kiprah Bondan Winarno diperoleh dari aktivitasnya saat kanak-kanak dan remaja sebagai anggota pandu atau pramuka di Semarang, Jawa Tengah.
Pada awal tahun 1967, dia terpilih mewakili Kwartir Daerah Pramuka Jawa Tengah ikut seleksi menjadi peserta Jambore Pramuka Dunia XII di Idaho, Amerika Serikat.
Seleksi diadakan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka di Jakarta. Bondan Winarno akhirnya lolos dan menduduki rangking tertinggi sehingga menjadi ketua regu Rajawali Indonesia dalam Jambore Pramuka Dunia XII di Idaho, Amerika Serikat, 1967.
Priyo Mustiko, anggota regu Rajawali Indonesia, menjelaskan Bondan paling unggul dalam hal kemampuan bahasa Inggris dan keterampilan kepramukaan.
Regu Rajawali Indonesia yang beranggotakan delapan pramuka penggalang dilepas Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sultan berpesan agar adik-adik pramuka menjaga nama baik bangsa Indonesia.
“Kami mencium bendera merah putih. Saat itu saya, Bondan dan anggota regu Rajawali terharu dan merasa bangga,” ujar kata Priyo Mustiko, kepada Tempo, Rabu 29 November 2017.
Priyo menjelaskan kehadiran kontingen pramuka Indonesia sangat ditunggu-tunggu tuan rumah dan World Organization of the Scout Movement (WOSM). Maklum, sebelumnya Indonesia keluar dari WOSM (Organisasi Pramuka Sedunia) mengikuti kebijakan Presiden Sukarno yang anti-Barat.
Selama sepuluh hari di perkemahan di Idaho, Amerika Serikat Bondan Winarno menunjukkan kepemimpinannya.
Priyo Mustiko menjelaskan Bondan mengatur anggotanya untuk mendapatkan poin dari semua kegiatan di Jambore Dunia Idaho. Ada kegiatan penjelajahan, peraiaran (kano), keterampilan pramuka, lingkungan dan lainnya.
Priyo masih ingat ada Bambang Ruseno, dari Kwarda Jawa Timur, yang belum mendapat poin. Bondan, Priyo dan lainnya terus memberi semangat sehingga semua anggota Rajawali Indonesia mendapat poin.
Kontingen Indonesia akhirnya mendapat penghargaan dari ketua panitia Jambore Dunia tersebut. Ada delapan kontingen yang naik ke panggung utama menerima lencana Baden Powell Adventure Award.
“Bondan juga terpilih sebagai honor guard untuk Lady Olave Baden Powell,” kata Priyo. Lady Olave yang hadir di Jambore Dunia di Idaho adalah istri Lord Baden Powell, Bapak Pramuka Sedunia.
Simak juga: Pesan Terakhir Bondan Winarno yang Mengejutkan
Seusai mengikuti Jambore Dunia di Idaho pada tahun 1967, Bondan menuliskannya dalam sebuah buku berjudul “Kembalilah Elang Rajawali.”
Setelah itu Bondan Winarno menjadi pembina pramuka di Gugusdepan 001 & 002, Menteng, Kwarcab Jakarta Pusat. Gugusdepan ini didirikan Mayjen (Purn) dr Azis Saleh, mantan menteri dan Sekjen Kwarnas Gerakan Pramuka.