Komunitas Betawi Buat Petisi Tolak Penggantian Nama Jalan Buncit

Rabu, 31 Januari 2018 15:57 WIB

Sejumlah pengendara sepeda motor memasuki jalur Busway di koridor VI jalan Buncit-Mampang Prapatan, Jakarta, (2/8). TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas Betawi Kita menolak penggantian nama Jalan Mampang dan Buncit Raya menjadi Jalan Jenderal Besar A.H. Nasution. Anggota Komunitas Betawi Kita, Yahya Andi Saputra, mengatakan telah membuat petisi menolak upaya penggantian nama jalan tersebut.

"Sejumlah komunitas Betawi telah menandatangani petisi penolakan penggantian nama jalan itu. Kami harap Gubernur DKI Jakarta Anies Basweda bisa menghentikan upaya penggantian nama jalan," katanya lewat pernyataan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 31 Januari 2018.

Menurut dia, nama Jalan Mampang dan Warung Buncit merupakan manifestasi dari nama-nama kampung Betawi di Jakarta. Karena itu, jangan sampai nama jalan tersebut berganti nama. Apalagi lebih seperempat abad terakhir sudah begitu banyak nama kampung dan jalan yang mengacu kepada memori kolektif masyarakat Betawi yang lenyap.

Misalnya, kata dia, di Pondok Gede, ada nama Kampung Dua Ratus karena luasnya 200 hektare, tapi sekarang sudah hilang dan masuk Kelurahan Halim. Selain itu, ada Kampung Pecandran dan Kampung Petunduan, yang bukan hanya namanya, tapi kampungnya pun sudah hilang. "Kami menolak rencana itu," ujarnya.

Baca: Begini Tahapan Nama Jalan Buncit Raya Akan Jadi Jalan A.H. Nasution

Advertising
Advertising

Ia menuturkan salah satu janji politik Anies adalah merayakan kebudayaan Betawi serta mengangkat harkat dan martabat orang Betawi. Karena itu, perkumpulan Betawi Kita menilai salah satu langkah yang penting dari hal itu adalah menyelamatkan sejarah orang Betawi yang hidup di dalam nama-nama kampung. "Bukan malah menggantinya atau membiarkan diganti," ucapnya.

Menurut Yahya, pembangunan yang tanpa wawasan sejarah dan bernafsu itu bukan hanya menguasai wilayah secara fisik, tapi juga ingin menghapus ingatan dan semua memori budaya yang pernah hidup di wilayah masyarakat pendukung kebudayaannya.

Gilas roda pembangunan, kata Yahya, bukan saja telah membuat orang Betawi tergusur dari kampung kelahirannya. Bahkan, yang paling mengenaskan, memori sejarah mereka yang hidup di dalam nama-nama jalan dan kampung pun dihilangkan.

Toponimi di belahan dunia mana pun selalu terkait dengan asal-usul dan sejarah tempat tersebut. Banyak nama situs, kawasan, monumen, dalam kajian arkeologi yang sebenarnya menyimpan informasi lebih dari sekadar kandungan benda arkeologis yang berada di tempat tersebut.

Ada alasan dan latar belakang tertentu kenapa suatu nama dijadikan nama kampung atau lokasi tertentu. Karena itu, nama-nama kampung yang berbau lokal sangat penting sebagai bagian dari sejarah penduduk Jakarta. "Kami sangat menyesalkan kebijakan aparat Pemprov DKI Jakarta," tutur Yahya.

Semestinya, Yahya menambahkan, DKI ikut mendukung kebudayaan Betawi, bukan malah menjadi bagian dari upaya mengganti nama jalan, yang merupakan identifikasi dari nama kampung. Dia meminta nama Jalan Mampang dan Warung Buncit Raya tetap dipertahankan.

Berita terkait

Komunitas Seni dan Budaya UI Ajak Kerja Sama Pendiri Lenong Rumpi

17 hari lalu

Komunitas Seni dan Budaya UI Ajak Kerja Sama Pendiri Lenong Rumpi

Komunitas di bawah kelompok kerja seni dan budaya ILUNI FIB UI itu menyiapkan program kejutan untuk memajukan pariwisata Jakarta.

Baca Selengkapnya

Serba-serbi Perayaan Tri Hari Suci Paskah di Gereja Katedral Jakarta Hari Ini

34 hari lalu

Serba-serbi Perayaan Tri Hari Suci Paskah di Gereja Katedral Jakarta Hari Ini

Gereja Katedral Jakarta mempersiapkan perayaan Tri Hari Suci Paskah dengan dekorasi ruangan yang mengusung adat Betawi dan Dayak.

Baca Selengkapnya

Pembahasan RUU DKJ, DPR dan DPD Usulkan Keterlibatan Orang Betawi di Pilkada Jakarta

48 hari lalu

Pembahasan RUU DKJ, DPR dan DPD Usulkan Keterlibatan Orang Betawi di Pilkada Jakarta

Penguatan terhadap suku Betawi dan asetnya bisa diformulasikan untuk mencari kekhususan pada RUU DKJ.

Baca Selengkapnya

Jenderal Bintang Lima Sangat Sedikit. Siapa Saja Mereka?

2 Maret 2024

Jenderal Bintang Lima Sangat Sedikit. Siapa Saja Mereka?

Orang yang menyandang gelar jenderal bintang lima sangat sedikit.

Baca Selengkapnya

Pembinaan Generasi Muda di Jakarta, BRIN: K-Pop Ala Betawi, Kenapa Tidak?

22 Februari 2024

Pembinaan Generasi Muda di Jakarta, BRIN: K-Pop Ala Betawi, Kenapa Tidak?

Budaya Betawi disebut terpinggirkan pada masa Orde Lama dan Baru sebab pemerintahnya cenderung menonjolkan keberagaman etnis, bukan budaya lokal.

Baca Selengkapnya

Pemprov DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan, Musisi Betawi: Seniman Dapat Apa?

15 Januari 2024

Pemprov DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan, Musisi Betawi: Seniman Dapat Apa?

Musisi Betawi Muhammad Amrullah alias Kojek merespons soal kebijakan Pemprov DKI menaikkan tarif sewa gedung pertunjukan.

Baca Selengkapnya

Pantun Jawara Betawi Saat Timnas AMIN Gelar Gelar Training of Trainer Relawan

27 Desember 2023

Pantun Jawara Betawi Saat Timnas AMIN Gelar Gelar Training of Trainer Relawan

Jawara Betawi meramaikan acara ToT atau Training of Trainer Relawan Timnas AMIN di Jagakarsa.

Baca Selengkapnya

Wayang Natal Motif Betawi-Dayak Jadi Ikon di Gereja Katedral

24 Desember 2023

Wayang Natal Motif Betawi-Dayak Jadi Ikon di Gereja Katedral

Gereja Katedral Jakarta memamerkan Wayang Natal Nusantara dengan motif Betawi dan Batak yang dipajang di Plaza Maria

Baca Selengkapnya

Asal-Usul Ayam Gohyong, Kuliner Akulturasi dari Tionghoa dan Betawi

24 Desember 2023

Asal-Usul Ayam Gohyong, Kuliner Akulturasi dari Tionghoa dan Betawi

Ayam Gohyong saat ini sedang populer di media sosial.

Baca Selengkapnya

Pengusul Gubernur Ditunjuk Presiden Nilai Orang Betawi Belum Dapat Keadilan di Politik Jakarta

10 Desember 2023

Pengusul Gubernur Ditunjuk Presiden Nilai Orang Betawi Belum Dapat Keadilan di Politik Jakarta

Gubernur ditunjuk presiden dalam RUU DKJ dinilai memberi peluang lebih besar terpilihnya orang Betawi sebagai pemimpin Jakarta

Baca Selengkapnya