Pencarian seekor buaya yang muncul di Dermaga Pondok Dayung, Tanjung Priok, beberapa waktu lalu oleh Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu pada Ahad, 17 Juni 2018. TEMPO/Adam Prireza
Jakarta - Buaya yang sempat muncul di perairan dekat Dermaga Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, harus bisa ditangkap karena dianggap membahayakan masyarakat sekitar. Caranya, meniru si buaya kalau ingin menerkam mangsanya: sabar dan pelan-pelan.
Ahli reptil dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hellen Kurniati mengatakan sangat mungkin untuk menjerat buaya dalam air. Alat bantu yang bisa digunakan untuk menghentikan teror keberadaan buaya tersebut cukup berupa jaring atau tombak.
“Jadi berusaha mendekati dia baru dilempar jaring, setelah itu buaya diangkat seperti ikan,” kata Hellen saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Selasa 19 Juni 2018.
Setelah diangkat, moncong dan kaki buaya diikat. Bagian kaki diikat ke belakang agar ekor tak bergerak. “Jangan lupa untuk menutup wajah buaya dengan karung basah. Jadi matanya tidak melihat," ujar Hellen menambahkan.
Tombak juga digunakan mengikuti cara para pemburu di pedalaman Kalimantan dan Papua. Tetapi, Hellen memberi catatan, cara ini berisiko akan membunuh buaya.
Hellen menuturkan, seluruh cara itu mungkin dilakukan namun tak mudah. Buaya akan menjauh jika melihat manusia mendekatinya. Jadi, dia menyarankan, waktu yang tepat memburu buaya adalah saat malam.
“Pemburu harus sabar seperti buaya pelan-pelan menerkam mangsanya,” katanya sambil menambahkan fakta unik tentang predator asal muara ini bahwa, “Buaya penakut. Tidak mungkin dekat keramaian.”