Presiden Jokowi (tiga dari kiri) didampingi tiga menteri dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (dua dari kanan) meninjau fasilitas umum di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Selasa, 16 Oktober 2018. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku tak menemui kendala berarti saat merealisasikan program kerja selama setahun pertama dia menjabat per 16 Oktober 2018. Yang banyak muncul, menurut Anies, justru suara-suara berisik yang membicarakan soal programnya.
“Tidak ada yang ruwet. Tapi noise-nya banyak,” ujar Anies Baswedan saat menerima tim dari Koran Tempo dan Tempo.Co dalam sebuah wawancara eksklusif di Balai Kota, Senin 15 Oktober 2018.
Anies Baswedan menuturkan bahwa saat ini persepsi dan opini tak lagi ada dikontrol media besar. Menurut dia, siapa saja bisa menulis di berbagai media sosial. Tapi mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di awal pemerintahan Presiden Joko Widodo ini memilih fokus pada realisasi program dibanding melayani opini tersebut.
Baca: Ini 6 Kritik PDIP untuk Setahun Anies Baswedan di DKI “Kami berhadapan dengan gaung yang ada di luar kontrol kami. Tapi lebih baik saya kerjakan saja program kerja dibanding saya melayani gaung itu,” kata Anies Baswedan.
Satu suara berisik itu dicontohkannya muncul saat pembentukan Badan Reklamasi. Saat itu banyak yang mengatakan kepadanya pembuatan badan tak sederhana dan butuh waktu panjang. Namun, dia membuktikan dalam tiga bulan badan tersebut terbentuk dan sudah menjalankan fungsinya.
“Karena ketika program kerja menjadi fakta, itu akan meluruskan opini tersebut. Jadi intinya jalani saja, noise akan terganti dengan voice,” ujar dia.
Usia setahun Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta jatuh pada 16 Oktober 2018. Selama setahun menjabat, beberapa program kerja Anies banyak mendapat kritik, seperti yang datang dari Fraksi PDIP di DPRD DKI. program kerja Anies Baswedan dinilai belum terlihat, malah cenderung gagal.
