Ingin Pergi ke Australia, Ini 8 Fakta Soal Para Pencari Suaka

Kamis, 18 Juli 2019 07:34 WIB

Sejumlah pengungsi pencari suaka beraktivitas di gedung Eks Kodim Kalideres, Jakarta, Senin, 15 Juli 2019. Pemprov DKI Jakarta menyediakan gedung eks Kodim tersebut untuk tempat tinggal sementara bagi para pencari suaka. Hingga hari ini, para pengungsi terus bertambah hingga 1.300an orang. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Solusi konkret untuk para pencari suaka yang saat ini ditampung di gedung bekas Kodim Perumahan Daan Mogot Baru, Kalideres, Jakarta Barat belum menemukan titik terang. Pemerintah daerah dan pusat yang mengaku hanya bisa membantu atas dasar kemanusiaan masih menunggu langkah dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk masalah ini.

Di sisi lain, kehadiran pencari suaka justru ditolak oleh warga. Berikut fakta-fakta seputar pencari suaka di kawasan Daan Mogot.

- Direlokasi ke Daan Mogot karena duduki trotoar Kebon Sirih

Pemprov DKI Jakarta memindahkan ratusan pencari suaka dari Kebon Sirih, Jakarta Pusat menggunakan bus Transjakarta ke Kalideres pada Kamis siang, 11 Juli 2019. Pemindahan itu dikawal personel Satpol PP DKI dan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi.

Prasetio mengatakan pemindahan dilakukan karena para pencari suaka telah mengganggu fasilitas umum. Mereka menempati pedestrian di Kebon Sirih.

Advertising
Advertising

- Ditolak warga Daan Mogot

Warga komplek perumahan Daan Mogot Baru menolak kehadiran pencari suaka di wilayahnya. Spanduk penolakan dibentangkan di beberapa titik perumahan.

Pencari suaka yang meluber hingga ke halaman dianggap meresahkan. Pemerintah juga dinilai tidak melakukan sosialisasi dan pemberitahuan terlebih dahulu soal relokasi pencari suaka itu. "Pada numpang (buang air) ke toilet di ruko. Pemilik rukonya ketakutan, namanya juga mereka warga asing ya," kata Chris, 36 tahun, warga Daan Mogot Baru, Sabtu, 13 Juli 2019.

- Menderita sakit di pengungsian

Dokter dari Puskesmas Kalideres, Cindy Sanders yang bertugas di posko pengungsian pencari suaka mengatakan ada ratusan pencari suaka yang berobat setelah dipindahkan ke Kalideres. Di antaranya bahkan ada yang harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng.

Sejumlah pengungsi pencari suaka memeriksa kesehatan anak dan dirinya di gedung Eks Kodim Kalideres, Jakarta, Senin, 15 Juli 2019. Hingga hari ini, para pengungsi terus bertambah hingga 1.300an orang. TEMPO/Muhammad Hidayat

"Rata-rata keluhannya diare, mual, muntah, demam, infeksi saluran pencernaan," kata Cindy, Senin, 15 Juli 2019. Ia juga menyebut ada yang sakit batuk, pilek, dan sakit perut.

Selanjutnya keluhan para pengungsi ...

<!--more-->

- Keluhkan fasilitas di pengungsian

Pencari suaka mengeluhkan sejumlah masalah di pengungsian. Menurut Zakid, 24 tahun, warga asal Afganistan, gedung eks Kodim yang dijadikan posko hanya layak dihuni oleh sekitar 300 orang. Padahal, kata jumlah pengungsi mencapai seribu orang. "Jadi bisa anda bayangkan bagaimana kami berbagi tempat," kata dia di lokasi, Senin, 15 Juli 2019.

Zakid mengatakan, pencari suaka banyak yang tidur tanpa alas seperti karpet. Selain itu, kata dia, tak ada bantal yang diberikan. "Ini berat buat kami. Tapi kita di sini sementara, enggak tahu ke depan," ujarnya.

Pencari suaka lainnya, Ali, 32 tahun mengeluhkan toilet itu. Menurut dia, air sering tidak keluar dari toilet portable itu. "Kadang-kadang orang harus keluar cari air buat ke kamar mandi," kata dia.

Para pencari suaka juga banyak yang mendirikan tenda untuk tidur. Tenda didirikan baik di dalam gedung. Ada juga yang mendirikan tenda di atap, tepatnya di sebelah tong penampungan air. Mereka terlihat menggunakan kardus, tikar dan terpal sebagai alas tidur.

Di luar gedung, ada lima toliet portable yang tersedia. Di dalam gedung, hanya toilet wanita yang bisa digunakan. Kondisi lantainya penuh pasir dan tanah. Di dalam toilet itu, satu pintu tidak memiliki kloset. Air di dalam toilet dialirkan dari luar gedung dan ditampung dalam tong.

Pencari suaka beraktivitas di tempat penampungan sementara di Kalideres, Jakarta, Jumat, 12 Juli 2019. DKI akan menyediakan tenda, fasilitas MCK, hingga dapur umum bagi para pencari suaka. ANTARA/Rivan Awal Lingga

- Mayoritas berasal dari Afganistan dan ingin ke Australia

Menurut data Kementerian Sosial, jumlah pencari suaka di Daan Mogot tercatat sebanyak 1.093 orang. Rinciannya, 750 orang dari Afganistan, 130 orang dari Somalia, 70 orang dari Sudan, 7 orang dari Iran, 15 orang dari Irak, 50 orang dari Pakistan, 1 orang dari Cina, 30 orang dari Ethiopia dan 40 orang dari Yaman.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan para pencari suaka memiliki beragam negara tujuan. "Namun sebagian besar ingin ke Australia. Tapi Australia punya kebijakan yang juga perlu kita lihat perkembangannya dengan perubahan politik yang ada," ujar dia saat dihubungi, Senin, 15 Juli 2019.

- Pemprov DKI terkendala anggaran

Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta Irmansyah mengatakan penanganan pencari suaka terkendala anggaran. Ia mengaku dinas tak memiliki anggaran khusus untuk menampung lebih lama para pengungsi.

"Kami tidak mengantisipasi dalam anggaran sampai dengan segitu banyak, harus ada dong solusinya, kira-kira gimana," ujar Irman, Jumat, 12 Juli 2019. Dinas mengaku hanya mampu menampung selama sepekan. Selanjutnya, UNHCR diminta untuk menanggung para pencari suaka.

- UNHCR tidak punya solusi

Irmansyah mengatakan dinas sudah berkomunikasi dengan UNHCR, selaku pihak yang mendatangkan para pengungsi. "Kemarin kami tanya ke UNHCR enggak ada solusi. Kemarin ya, di lapangan mulai siang sampai dini hari tadi pagi enggak ada," ujarnya.

- Pemerintah pusat desak UNHCR

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat mengatakan pemerintah akan mendesak UNHCR untuk segera mencari solusi konkret terkait status para pencari suaka. "Apakah dipulangkan atau direlokasi dengan dukungan penuh UNHCR, atau diarahkan ke negara tujuan selama negara itu menerima dan punya tempat untuk menampung refugees," ujarnya saat dihubungi pada Senin, 15 Juli 2019.

Harry mengatakan posisi Indonesia hanya sebagai negara transit. Dia menjelaskan, Indonesia tidak bisa menerima secara legal pencari suaka. Kewajiban itu, kata dia, merupakan milik UNHCR. "Karena kita belum terikat pada konvensi pengungsian," ujarnya.

Kementerian, kata Harry, telah memberikan sejumlah bantuan terhadap pencari suaka. Di antaranya berupa satu dapur umum yang terletak di Kantor Wali Kota Jakarta Barat, logistik reguler untuk Dinas Sosial DKI Jakarta Rp 236 juta, beras reguler sebanyak 3 ribu kilogram dan nasi bungkus untuk makan siang 1.100 box dan untuk makan malam dengan jumlah yang sama setiap hari. Selain itu, pendampingan penyintas anak dengan melibatkan potensi lokal yang terdiri dari tim LDP Dinas Sosial DKI Jakarta juga diberikan. "Kementerian Sosial membantu mereka atas dasar kemanusiaan," ujarnya.

Berita terkait

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

1 hari lalu

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

Banyak bar dan pub di Kota Perth buka sampai tengah malam, ramai dikunjungi wisatawan dan warga lokal tapi tertib dan bebas asap rokok.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

1 hari lalu

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

Salah satu warisan budaya Aborigin adalah pengetahuan tentang tanaman herbal dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

1 hari lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

2 hari lalu

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

Optus Stadium Perth bukan hanya tempat untuk acara olahraga, tetapi juga tuan rumah berbagai konser musik, pertunjukan, dan acara khusus lainnya

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

3 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Aktivitas Seru dan Unik di Pulau Rottnest Perth Australia, Selfie dengan Quokka hingga Melihat Singa Laut Berjemur

3 hari lalu

Aktivitas Seru dan Unik di Pulau Rottnest Perth Australia, Selfie dengan Quokka hingga Melihat Singa Laut Berjemur

Pulau Rottnest di sebelah barat Perth, Australia, menawarkan berbagai aktivitas yang seru dan unik.

Baca Selengkapnya

Serunya Menyusuri Jantung Kota Perth Australia dengan Becak

4 hari lalu

Serunya Menyusuri Jantung Kota Perth Australia dengan Becak

Ikuti perjalanan Tempo menyusuri ikon-ikon kota Perth, Australia, dengan peddle

Baca Selengkapnya

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

5 hari lalu

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bantu Desain Ulang Kemasan, Upaya Kemensos Keluarkan Pelaku UMKM dari Kemiskinan

8 hari lalu

Bantu Desain Ulang Kemasan, Upaya Kemensos Keluarkan Pelaku UMKM dari Kemiskinan

Sebanyak 11 ribu orang telah keluar dari kemiskinan. Di bulan ini, ada sekitar 4.000 orang keluar dari kemiskinan

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

8 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya