Mahasiswa dan PRD Tetap Akan Demo

Reporter

Editor

Rabu, 16 Juli 2003 11:28 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengurus Partai Rakyat Demokratik (PRD) tetap berencana melakukan aksi unjuk rasa walaupun pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak. Begitu juga dengan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. PRD melihat keputusan pemerintah itu adalah upaya untuk menghentikan perlawanan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang dirasakan tidak adil. Itu sogokan politik. Yang kita tuntut adalah pembatalan kenaikan harga. Kalau perlu harga lama juga diturunkan, kata Haris Rusli, salah seorang pengurus partai, kepadaTempo News Room melalui saluran telepon di Jakarta, Minggu (19/1) malam. Haris menilai penurunan harga itu tidak banyak berpengaruh terhadap inflasi harga yang terjadi saat ini. Selain membatalkan kebijakan kenaikan harga tiga komponen BBM, tarif telepon, dan listrik, pemerintah seharusnya juga menangkap para konglomerat hitam yang melarikan uang rakyat yang mencapai triliunan rupiah lewat bantuan likuiditas. Selain itu, pemerintah juga harus berani mengeluarkan kebijakan penghapusan utang luar negeri, yang selama ini membebani perekonomian negara. Kami menolak paket reformasi ekonomi Megawati. Penurunan harga ini hanya menunda, tidak menghilangkan penderitaan rakyat. Kami akan terus melakukan perlawanan sampai Mega tumbang, kata Haris bersemangat. Menurut informasi yang ia terima, Senin (20/1), sekitar 10 ribu massa buruh akan turun melakukan aksi unjuk rasa di Istana Negara. Dalam aksi ini, partainya dan beberapa partai lain, aktifis pemuda dan mahasiswa, akan ikut bergabung. Hal tersebut dibenarkan Sudarto, aktifis Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia, yang dihubungi Tempo News Room, di Jakarta, Minggu (19/1) malam. Menurut Sudarto, mahasiswa akan tetap melanjutkan aksi unjuk rasa walaupun pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak. BBM itu hanya masalah turunan. Masalah utamanya adalah Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, kata Sudarto. Menurut Sudarto, kebijakan pemerintah menaikkan harga saling terkait dengan kebijakan pengurangan subsidi dalam upaya menambah pemasukan keuangan negara. Kenapa negara tidak punya uang? Karena ada konglomerat hitam yang mendapat dana likuidasi perbankan mencapai ratusan triliun, kata dia. Oleh karena itu, kata Sudarto, pemerintah harus berusaha agar uang yang dipinjamkan kepada konglomerat hitam, yang jumlahnya mencapai Rp.144 triliun, bisa ditarik. Kalau kita bisa berantas KKN, dan menarik uang itu, dalam empat tahun Indonesia bisa membayar utangnya, kata dia. Selain itu, lanjut dia, BEM juga menuntut agar pemerintah mau mencabut kebijakan Release & Discharge (pengampunan konglomerat bermasalah). Menurut rencana, kata dia, para aktivis BEM dari wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, akan melakukan rapat konsolidasi pada Senin (20/1). Rapat konsolidasi ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah aksi menjadi dua kali tiap pekan, yaitu hari Rabu dan Sabtu. Namun hingga sekarang, mereka belum menentukan tempat pertemuan itu.(Budi RizaTempo News Room)

Berita terkait

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

2 menit lalu

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

Ahli Konstitusi UII Yogyakarta, Ni'matul Huda, menilai putusan MK mengenai sengketa pilpres dihasilkan dari pendekatan formal legalistik yang kaku.

Baca Selengkapnya

Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

3 menit lalu

Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

Microsoft juga akan bekerja sama dengan pemerintah Malaysia untuk mendirikan Pusat Keunggulan AI Nasional dan meningkatkan kemampuan keamanan siber.

Baca Selengkapnya

Tentukan Langkah Indonesia ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Cahya Dewi Mengaku Sempat Tegang

7 menit lalu

Tentukan Langkah Indonesia ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Cahya Dewi Mengaku Sempat Tegang

Komang Ayu Cahya Dewi memastikan kemenangan regu putri Indonesia atas Korea Selatan di babak semifinal Piala Uber 2024 pada Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

13 menit lalu

TNI-Polri Evakuasi Jenazah Warga Sipil yang Dibunuh TPNPB-OPM di Kampung Pogapa

Aleksander Parapak tewas ditembak kelompok bersenjata TPNPB-OPM saat penyerangan Polsek Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

33 Desa di Wajo Sulawesi Selatan Terendam Banjir, Listrik Padam di Tengah Evakuasi

21 menit lalu

33 Desa di Wajo Sulawesi Selatan Terendam Banjir, Listrik Padam di Tengah Evakuasi

Banjir merendam 33 desa di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada Jumat, 3 Mei 2024, pukul 03.03 WITA.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

30 menit lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

37 menit lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

37 menit lalu

NasDem dan PKB Dukung Prabowo, Zulhas: Biasa Saja, Masyarakat Jangan Baper

Zulhas menganggap dukungan dari NasDem dan PKB ke Prabowo sebagai sesuatu yang biasa saja. Ia mengimbau masyarakat tak baper.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

41 menit lalu

Suhu Panas di Thailand, Petani Pakai Boneka Doraemon untuk Berdoa agar Turun Hujan

Sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Thailand, mengalami panas ekstrem beberapa pekan ini. Suhu 40 derajat Celcius terasa 52 derajat Celcius.

Baca Selengkapnya

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

43 menit lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya