Bupati Bogor Ade Yasin (kiri) melihat kondisi Khairul Islami (10) korban ledakan granat yang selamat di RSUD Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat 15 Februari 2019. Granat jenis GLM yang meledak mengakibatkan tiga anak menjadi korban, dua diantaranya meninggal dunia yakni Muhammad Ibnu Mubaroq (10) dan M Doni (14). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
TEMPO.CO, Bogor - Bupati Bogor Ade Yasin merasa malu karena sebagai tetangga ibu kota DKI Jakarta, banyak warga putus sekolah di wilayahnya. Hal itu disampaikan Ade saat mengisi kuliah umum di Universitas Pakuan Bogor, Kamis 10 Oktober 2019.
Meski putus sekolah, kata Ade, penduduk Kabupaten Bogor sebenarnya tetap melanjutkan pendidikan ke berbagai pondok pesantren yang banyak tersebar di Tatar Bumi Tegar Beriman tersebut. "Untuk itu selain sekolah dan guru umum, kami pun sangat memperhatikan pondok pesantren dan ustad pengajarnya," kata Ade di gedung Aula Mashudi Universitas Pakuan Bogor, Kamis.
Ade menyoroti banyak murid pondok pesantren salafy yang hanya mengkaji kitab kuning tanpa mendapat pendidikan umum. Padahal sebagian murid ponpes ada yang putus sekolah.
"Maka dari itu saya mendorong untuk penekanan angka putus sekolah tersebut di pondok pesantren dengan mengadakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), yang dananya berasal dari bantuan pemerintah melalui Disdik ataupun hibah," kata Ade.
Selain pendidikan, Bupati Bogor Ade Yasin berusaha memprioritaskan jaminan kesehatan bagi warga Kabupaten Bogor dengan membagikan 700.000 kartu sehat. Kartu ini bisa digunakan di 4 rumah sakit umum daerah atau RSUD milik Kabupaten Bogor di RSUD Ciawi, RSUD Leuwiliang, RSUD Cileungsi dan Cibinong. "Yang belum ada RSUD-nya tinggal di wilayah utara dan itu insya allah tahun depan kami akan bangunkan," kata Ade.