TEMPO Interaktif, Jakarta: Sebagian besar warga korban penggusuran Taman Bersih, Manusiawi, Wibawa (BMW) di Kelurahan Papanggo dan Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, masih bertahan di sekitar taman. "Lebih dari seribu orang di sini," kata Suhendar.
Setelah rumahnya rata dengan tanah, Suhendar bersama keluarganya bertahan di bekas bangunan mereka yang digusur. "Kami menjaga barang. Mau diangkut tak punya ongkos," katanya. Ia dengan beberapa warga lain tak tidur semalaman untuk berjaga-jaga.
Begitu juga dengan Urip, 38 tahun, ia bersama istri dan seorang anaknya tidur tak jauh dari lokasi bekas gusuran karena tak memiliki tempat tinggal lain. "Uang pun tak ada," katanya. Ia mengumpulkan harta benda yang masih tersisa untuk dijual. Penggusuran itu berlangsung kemarin, Minggu (24/8).
Uangnya nanti akan digunakan untuk mengontrak rumah. Tak hanya itu, ia makin sedih melihat anak perempuannya yang baru di kelas dua SD. "Dia nangis terus minta ke sekolah," ujarnya. Padahal baju seragam dan tas sekolah miliknya raib entah kemana saat penggusuran terjadi.
Rencananya, pukul 09.00, warga akan mengadukan nasib mereka ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia."Kami akan mohon perlindungan kepada mereka," kata Suhendar. Kemarin (24/8), sekitar 1.146 bangunan yang berada di taman tersebut diratakan dengan tanah oleh petugas ketenteraman dan ketertiban.
Pemerintah DKI Jakarta akan membangun tempat warga itu menjadi stadion olahraga berstandar internasional di kawasan seluas 26,5 hektare itu. Lonceng penggusuran dimulai dari Surat Perintah Bongkar Wali Kota Jakarta Utara, Affendi Anas pada Kamis (21/8).
Sasaran bangunan, yaitu yang tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Tidak ada alternatif tempat tinggal yang ditawarkan pemerintah. Ongkos untuk meninggalkan lokasi juga tidak diberi. Yang jelas, Pemerintah DKI Jakarta mengalokasikan Rp 1,5 miliar untuk menggusur warga dari tempat tersebut.
Umumnya warga yang bermukim di lokasi itu tak mengantongi izin. Mereka kebanyakan warga pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia. "Kalau mereka mau pulang kampung, akan difasilitasi Dinas Sosial," ujar Muhammad Lutfi, Sekretaris Kota Jakarta Utara.
Sofian
Sofian