Koalisi Masyarakat Minta DKI Fleksibel dalam Pendistribusian Bansos Covid-19

Selasa, 28 Juli 2020 21:21 WIB

Perwakilan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menyerahkan data pamantauan bantuan sosial kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Balai Kota DKI, Selasa, 28 Juli 2020. Tempo/Imam Hamdi

TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Pemantau Bansos Jakarta menyerahkan data pamantauan bantuan sosial kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Balai Kota DKI, Selasa, 28 Juli 2020. Anggota Koalisi dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Gunardi Ridwan, mengatakan telah memberikan data hasil pantauan bansos ke Pemprov DKI untuk bahan evaluasi pendistribusian bantuan sosial pada periode selanjutnya.

Dari hasil pemantauan Koalisi, kata dia, banyak ditemukan masalah terhadap data penerima bansos. "Jadi masih banyak yang tidak tepat sasaran. Yang berhak justru tidak dapat. Jumlahnya ada lebih dari 3 ribu orang," kata Gunardi usai beraudiensi dengan Riza Patria.

Selain itu, selama pandemi ini bakal bertambah banyak orang miskin baru yang membutuhkan bantuan pemerintah. Sehingga, kata dia, pemerintah harus lebih fleksibel dalam pendataan dan pendistribusian bantuan kepada warga yang membutuhkan.

Untuk menyelesaikan permasalahan data dan prosedur pendataan, Koalisi menyarankan beberapa kebijakannya seperti pendaftaran aktif harus dibuka setiap saat. "Jadi tidak hanya dua kali dalam setahun."

Ia menuturkan kemiskinan merupakan sesuatu yang dinamis. Jadi setiap saat ada yang jatuh ke dalam atau keluar dari kemiskinan. "Bila hal ini dilakukan, data akan selalu terbarui."

Advertising
Advertising

Selain itu, petugas yang harus melakukan verifikasi dan validasi pun tidak bertumpuk tugasnya di waktu tertentu, yang tentu saja akan kurang baik hasilnya. Prosedur pendaftaran aktif harus menghilangkan birokrasi yang berbelit dan persyaratan dokumen yang menyulitkan.

Bagi orang miskin yang tidak memiliki dokumen-dokumen kependudukan, sudah seharusnya mereka langsung difasilitasi pembuatannya sehingga negara bisa melihat mereka kedepannya. "Lalu mereka langsung didaftarkan sebagai warga miskin/orang tidak mampu."

Berita terkait

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

1 jam lalu

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

Ni'matul Huda, menilai pernyataan hakim MK Arsul Sani soal dalil politisasi bansos tak dapat dibuktikan tak bisa diterima.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

20 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

8 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

8 hari lalu

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyatakan pemerintah akan mempercepat penyaluran Bansos atau bantuan pangan untuk penurunan stunting.

Baca Selengkapnya