TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 170 petani Desa Simalingkar, Kecamatan Pancur Batu, dan Desa Sai Mancirim, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, berjalan kaki dari kampungnya ke Jakarta. Sebagian besar mereka berangkat pada 25 Juni lalu dan tiba pada Jumat malam, 7 Agustus 2020.
Menurut mereka, perjalanan 1.812 kilometer itu dilakukan sebagai bentuk protes setelah sejumlah rumah dan ladang di dua desa itu digusur PTPN II. "Yang ada sertifikatnya pun digusur," kata salah satu petani, Surabru Sembiring, 63 tahun, kepada Tempo, Sabtu, 8 Agustus 2020.
Kedatangan seratusan petani yang sebagian di antaranya adalah anggota Serikat Petani Simalingkar Bersatu dan Serikat Tani Sai Mencirim Bersatu itu mewakili 1500 warga dua desa. "Kami korban gusur paksa PTPN II," ujar wakil koordinator aksi, Haris Wiyono. Warga meminta keadilan kepada Presiden Joko Widodo.
Menurut Haris, penggusuran rumah dan ladang petani mengakibatkan warga kehilangan rumah dan ladang. Mereka ada yang menumpang di kandang sapi.
"Di daerah, praktis tidak ada keadilan," ujar Haris, pegiat LSM, Gerbang Tani yang mengadvokasi para petani. Unjuk rasa petani di Jakarta ini kelanjutan demonstrasi di Sumatera Utara yang tidak berhasil.
"Kalau berhasil, tidak mungkin kami jalan kaki ke sini, karena kami tahu jalan kaki dari Medan ke Jakarta itu berat," ujar koordinator aksi Sulaiman Wardana Sembiring.
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
2 hari lalu
Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.