Anies Baswedan Soal Fenomena SCBD: Demokratisasi Jalan Sudirman
Reporter
Moh. Khory Alfarizi
Editor
Iqbal Muhtarom
Jumat, 8 Juli 2022 15:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi fenomena munculnya remaja Citayam, Depok dan Bojonggede, Bogor yang banyak mendatangi Terowongan Kendal, Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Atau dikenal dengan istilah Fenomena SCBD, singkatan dari Sudirman, Citayam, Bojonggede dan Depok.
Menurut Anies, kawasan Dukuh Atas dibangun sebagai ruang ketiga yang memang disediakan sebagai ruang yang mensetarakan.
Dia mengingat beberapa tahun lalu, Jalan Jenderal Sudirman hanya dimiliki oleh mereka yang bekerja di wilayah itu saja, dan orang luar tidak bisa menikmatinya. Jalan terbesar di Jakarta itu, kata Anies, hanya dimilki oleh mereka yang bekerja karena kebanyakan membawa kendaran pribadi. Begitu sampai kantor, masuk dan keluar pakai kendaraan pribadi.
"Tidak ada yang berjalan kaki antar gedung, ada pertemuan antar gedung enggak ada yang jalan kaki," ujar dia di Thamrin Nine Complex pada Kamis, 7 Juli 2022.
Sementara trotoar yang saat ini sudah dibangun sangat lebar saat ini digunakan oleh bukan saja mereka yang bekerja di kawasan itu, tapi yang juga warga lain yang tidak bekerja di sepanjang Jalan Sudirman. Seluruh warga Jabodetabek disebut Anies bisa menikmati jalan dengan pemandangan gedung-gedung tinggi yang ada.
"Itu bukan sekedar trotoar, mendadak tower-tower itu bukan hanya milik mereka yang beberja di tempat ini sebagai pengalaman, tapi siapa saja silakan datang," tutur Anies.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengistilahkan fenomena itu sebagai demokratisasi Jalan Jenderal Sudirman, karena menjadi milik semua. Juga siapa saja bisa datang menikmati, mulai dari orang tua hingga anak-anak bisa datang dan bisa mendapatkan inspirasi.
"Orang tua bawa anak jalan, sambil mereka dengan mudah bilang 'nak belajar yang rajin bila suatu saat bisa bekerja di gedung ini'. Jadi tempat ini menjadi ruang ketiga yang mensetarakan mereka yang datang untuk memilki pengalaman yang baru, dan ini datang dari mana saja," kata dia.
Gubernur Anies mengatakan tempat itu tidak harus didatangi masyarakat sosial ekonomi menengah ke atas. Justru, dia berujar, demokratisasi itu terjadi di tempat ini, siapa saja bisa menikmati, dan ketika membangun dikerjakan tidak sendiri, tapi berkolaborasi.
Menurut Anies, Terowongan Kendal dibuat untuk menjadi ruang ketiga yang mempersatukan dan mensetarakan. Dia mengatakan agar biarkan saja tempat itu menjadi tempat bertemu dari mana saja, karena ruang ketiga adalah mempersatukan dan membangun perasaan kesetaraan.
"Itu latar belakangnya, jadi ketika ada fenomena baru saja muncul, yang penting jaga kebersihan, ketertiban, dan selebihnya nikmati rumah ketiga bersama untuk bersama," ujar Anies Baswedan.
Baca juga: Anies Resmikan Pembangunan Jalur Pedestrian Bawah Tanah Pertama di Indonesia