BMKG Sebut Agustus-Oktober Musim Kemarau, Tapi Ada Ancaman Anomali La Nina

Jumat, 12 Agustus 2022 11:28 WIB

Curah hujan yang terhitung tinggi di beberapa daerah yang terjadi di musim kemarau, disebut oleh BMKG sebagai pengaruh fenomena La Nina.

TEMPO.CO, Jakarta - BMKG telah merilis perkiraan cuaca Agustus-Oktober. Selama tiga bulan ke depan, sebagian wilayah telah memasuki musim kemarau. Namun anomali iklim La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan selama kemarau.

Hujan di atas normal diperkirakan terjadi di wilayah selatan Khatulistiwa, termasuk Jawa, dalam tiga bulan ke depan. Pada periode itu, semakin banyak yang diperkirakan masuk kategori tingkat potensi banjir tinggi, termasuk di dalamnya beberapa kabupaten di Banten dan Jawa Barat yang menyangga DKI Jakarta.

Pada perkiraan Oktober, potensi banjir di DKI meningkat, dari semula "aman" menjadi "menengah" atau satu level di bawah "tinggi". Di saat yang sama, beberapa wilayah hulu sungai yang bermuara di DKI memang tercatat berpotensi mengalami curah hujan dan banjir tinggi.

Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Indra Gustari mengatakan ihwal cuaca Agustus-Oktober BMKG mencatat sejak dua tahun yang lalu kondisi iklim di sebagain besar wilayah Indonesia relatif lebih basah dibandingkan kondisi rata-rata. Artinya, secara umum curah hujan yang turun lebih tinggi dibandingkan biasanya.

Faktor utama panyebabnya, menurut Indra adalah fenomena La Nina yang berkembang dengan intensitas lemah sampai moderat. Pengaruh La Nina secara umum berupa kenaikan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat, namun terdapat variasi atau perbedaan dampak secara spasial dan temporal.

Advertising
Advertising

“La Nina dapat menyebabkan musim hujan datang lebih awal dan durasinya lebih panjang dan musim kemarau yang terlambat dan durasinya lebih pendek,” kata Indra kepada Tempo perihal ancaman bencana yang disebabkan anomaly La Nina, Kamis, 11 Agustus 2022.

Untuk wilayah Jawa Barat, Indra mengatakan berdasarkan data historis BMKG menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar wilayah mengalami peningkatan curah hujan saat terjadi La Nina mencapai 40 persen. Namun sebagian wilayah sekitar Citarum misalnya, malah mengalami penurunan curah hujan disaat La Nina dan di awal tahun periode Januari hingga Maret.

Jawa Barat memasuki musim kemarau

Indra mengatakan sampai awal Agustus ini, sebagian besar wilayah Jawa Barat ada sekitar 89 persen telah memasuki musim kemarau. Namun, Indra menyebut, masih ada sebagian wilayah di bagian barat, tengah dan selatan yang curah hujannya masih tinggi atau belum memasuki musim kemarau.

Perubahan cuaca, menurut Indra dapat terpantau setiap hari. Sebab, cuaca sangat dinamis dan dipengaruhi oleh beberapa faktor atau driver cuaca pada berbagai skala baik di lokal, regional dan global. “BMKG memantaunya 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Menganalisis dan memprediksi tren atau prediksinya untuk beberapa periode waktu ke depan,” kata Indra menjelaskan.

Saat dikonfirmasi sebab cuaca buruk tersebut berpotensi banjir, Indra mengatakan secara klimatologis untuk wilayah Jawa Barat dan umumnya di pulau Jawa pada bulan Juni, Juli dan Agustus adalah periode curah hujan rendah atau musim kemarau. Namun, karena adanya fenomena La Nina dan saat ini juga terpantau berkembang juga Dipole Mode Negatif yang menyebabkan penambahan massa udara basah dari Samudera Hindia menyebabkan curah hujan di periode tersebut di tahun 2022 lebih banyak hujan, khususnya di bagian barat wilayah Indonesia termasuk Jawa Barat.

Artinya, Indra menyebut tidak menutup adanya ancaman bencana akibat cuaca buruk Agustus-Oktober. Sebab, menurut Indra, pada bulan Agustus masih terdapat wilayah yang curah hujannya masih tinggi dibandingkan rata-ratanya atau belum memasuki musim kemarau. Wilayah dengan hujan tinggi itu dianataranya di bagian barat, tengah dan selatan wilayah Jawa Barat.

“Curah hujan diprediksi akan lebih meningkat dan meluas di bagian barat, tengah dan selatan Jawa Barat meliputi Bogor, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran dan Bandung mulai September dan Oktober seiring dengan mulainya musim hujan di wilayah ini. Kenaikan curah hujan akan disertai dengan peningkatan potensi banjir di wilayah tersebut khususnya di bantaran sungai dan dataran rendah serta longsor di daerah dengan topografi curam,” kata Indra.

BMKG terus berkoordinasi

Untuk mengantisipasi dan mempersiapkan langkah yang dilakukan dan akan dilakukan BMKG dalam membantu pemerintah untuk mengurangi dampak bencana sebab anomali La Nina, Indra mengatakan BMKG sebagai institusi pemerintahan yang menyediakan informasi cuaca, iklim dan peringatan dini akan terus memantau dan menganalisis serta memprediksi potensi cuaca ekstrem serta dampaknya sebagai bentuk layanan yang berbasis dampak.

Indra melanjutkan, BMKG juga mendiseminasi informasi cuaca dan potensi ekstrem ke instansi pemerintah terkait seperti BPBD atau Tim SAR secara langsung dan juga ke masyarakat melalui berbagai cara dan kanal seperti membuat bulletin, website dan sosial media. Pun di lapangan, menurut Indra untuk mengurangi kerugian atau dampak dari cuaca dan iklim ekstrem, BMKG secara rutin memperbaharui informasi cuaca dan iklim.

“Kita terus berkoordinasi dan bersama instansi atau pemangku kepentingan lainnya juga melakukan kegiatan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat serta mengajarkan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi sektoral. Misalnya untuk sektor pertanian, BMKG menyelenggarakan sekolah lapang iklim, untuk petani dan penyuluh pertanian. Untuk nelayan, dalam bentuk sekolah lapang cuaca nelayan,” ucap Indra.

Menanggapi adanya ancaman bencana sebab anomaly La Nina, Kepala Seksi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Bogor, Ponco Sugianto mengatakan sejauh ini pihaknya memang belum menerima secara resmi tentang perubahan cuaca. Menurut Ponco, kondisi cuaca pada bulan-bulan ini pun sulit diprediksi karena terkadang hujan dan terkadang panas.

Sebab itu, Ponco mengatakan, pihaknya sebagai lembaga penanggulangan dan pencegahan bencana tetap memperhatikan dan mengupdate situasi di lapangan dan berkoordinasi dengan BMKG dan Pemerintah daerah untuk memitigasi dan mencari solusi cepat bencana terjadi. Pelbaga upaya pun sudah dilakukan, mulai dari sosialisasi dan memberikan pelatihan kepada relawan bencana di wilayah, khususnya wilayah yang sangat rawan akan bencana.

“Memang saat ini kan cuaca tidak bisa diprediksi tetap, beda seperti dulu. Untuk itu, kami selaku badan yang menangani bencana tetap waspada dan siaga dengan resiko terburuk jika ada kejadian. Namun, kami juga memiliki bidang pencegahan yang tugasnya memitigasi dan medata potensi bencana. Selain itu kita pun libatkan warga dan karang taruna,” kata Ponco di kantornya, Cibinong.

Baca juga: BMKG Pengaruh Fenomina La Nina di Tengah Musim Kemarau

Berita terkait

Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

5 jam lalu

Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

Potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.

Baca Selengkapnya

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

13 jam lalu

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

Suhu panas muncul belakangan ini di Indonesia, setelah sejumlah besar wilayah daratan benua Asia dilanda gelombang panas (heat wave) ekstrem.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

19 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

1 hari lalu

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah Indonesia dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran.

Baca Selengkapnya

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

1 hari lalu

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat memprakirakan 52,1 persen wilayah berkategori hujan rendah.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

1 hari lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

1 hari lalu

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

Gempa bumi M4,2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD Kabupaten Bandung mengecek informasi kerusakan akibat gempa.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

2 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

2 hari lalu

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

Baca Selengkapnya

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

2 hari lalu

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

Jakarta diprediksi cenderung berawan hari ini, Rabu, 1 Mei 2024. Sejumlah wilayah berpeluang hujan siang nanti.

Baca Selengkapnya