Kecelakaan Maut di Cibubur Tewaskan 10 Orang, KNKT: Sopir Truk dan Bus Tak Sekolah

Reporter

Arrijal Rachman

Editor

Sunu Dyantoro

Rabu, 19 Oktober 2022 01:40 WIB

Kondisi lalu lintas di sekitar area kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Raya Alternatif Transyogi-Cibubur, Kota Bekasi, Senin petang, 18 Juli 2022. Korban tewas dalam kecelakaan ini dibawa ke RS Polri Kramat Jati untuk diidentifikasi. ANTARA/Pradita Kurniawan Syah

TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT mencatat fakta baru dari kejadian kecelakaan maut di Cibubur pada 18 Juli 2022 yang disebabkan permasalahan sistem rem pada truk tangki Pertamina. KNKT menyebut pengemudi belum pahamnya pengemudi truk dan bus di Indonesia ihwal sistem rem kendaraan besar itu secara menyeluruh.

Plt Kepala Subkomite Investigasi Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT Ahmad Wildan mengatakan, fakta ini dia temukan setelah menggelar pelatihan itu kepada para supir truk dan bus, khususnya pengemudi truk PT Pertamina Patra Niaga, setelah adanya kecelakaan yang menewaskan 10 orang itu. Pengemudi tak ada yang paham sistem rem.

"Lebih parah lagi, lebih bahaya lagi bukan cuma masalah enggak paham baca, tapi mereka juga enggak paham sistem rem," kata Wildan saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa, 18 Oktober 2022.

Saat ditanya ihwal permasalahan mendasar yang menjadi penyebab tidak berfungsinya sistem rem truk tangki Pertamina yang kecelakaan, yaitu indikator tekanan angin pada posisi 7 bar, para pengemudi menurut Wildan tidak ada yang bisa menjawab. Padahal itu adalah indikasi kurangnya tekanan angin untuk menjalankan mekanisme rem truk bersistem air over hydraulic.

"Memang ini harus bisa dijelaskan kepada para pengemudi apa sih maksudnya angka 7 bar, apa maksudnya alert bunyi saat dia 6 bar pasti akan muncul bunyi, atau lampu alert, apa artinya itu pengemudi ini belum tahu masalah itu," ucap Wildan.

Advertising
Advertising

Para pengemudi ini, kata Wildan, juga belum bisa membedakan tekanan angin pada ban yang memiliki satuan Pounds per Square Inch (PSi) dengan satuan tekanan untuk angin pada rem, yaitu bar. Wildan bahkan mengatakan mereka belum memahami cara memeriksa dua tekanan yang berbeda itu.

"Saat kami melakukan pelatihan dengan para pengemudi Pertamina saya tanya itu bagaimana caranya menentukan, itu ada 191 PSi. Saya tanya bapak tahu enggak bedanya PSi sama bar, mereka bilang enggak tahu bagaimana caranya memeriksanya, cuma dipukul-pukul aja, wah ini berarti memang enggak tahu nih," kata Wildan.

Baca: KNKT Ungkap Penyebab Kecelakaan Maut di Cibubur: Truk Tangki Pertamina Sudah Bermasalah

Sopir tak bisa bedakan jenis rem

Ia berujar, para pengemudi ini juga bahkan belum bisa membedakan, antara rem dengan mekanisme full hidraulic break, air over hidraulic break, dengan full air break. Padahal masing-masing mekanisme membedakan juga penggunaan seluruh jaringan rem pada kendaraan, baik rem kaki maupun rem tangan.

"Bahkan saat saya melakukan pelatihan, saat (menguji) indikator break, saya injek (rem) nyala (indikator), enggak ada pengemudi yang bisa menjelaskan, itu maksudnya apa, enggak mengerti dia," ujar Wildan.

Ia menyatakan, permasalahan ini harus diakui terjadi karena pengemudi di Indonesia tidak ada satu pun yang disekolahkan secara khusus mengenai ini oleh para pemberi kerjanya. Mereka hanya belajar dari apa kata temannya yang sudah lebih berpengalaman.

"Kami akui bersama, enggak ada pengemudi bus dan truk yang sekolah. Sekolahnya kan dari teman-temannya sendiri. Jadi mereka enggak secara terstruktur dan sistematis mempelajari sistem rem, ini PR bagi kita semua," kata Wildan.

Persoalan ini pun telah dia masukkan sebagai rekomendasi kepada para pemangku kepentingan lain dari kejadian kecelakaan maut itu. Rekomendasi itu, kata Wildan, adalah melatih secara intensif awak pengemudi kendaraan mobil tangki, khususnya keterampilan mengemudi pada berbagai kondisi jalan, pemahaman sistem rem, pelaksanaan pre trip inspection serta penanganan kondisi darurat.

"Jadi memang ini menjadi PR kita untuk memberikan semacam crash program, agar pengemudi memahami sistem rem, dan cara pendeteksiannya, termasuk membaca simbol-simbol tadi," ujar Wildan.

Baca juga: KNKT Sebut Kecelakaan Truk Pertamina di Cibubur Kecelakaan Konyol Karena Sopir Tak Tahu Sistem Rem

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Pertamina Indonesian GM Tournament 2024: Pecatur Aditya Bagus Arfan dan Novendra Priasmoro Juara

20 jam lalu

Pertamina Indonesian GM Tournament 2024: Pecatur Aditya Bagus Arfan dan Novendra Priasmoro Juara

IM Aditya Bagus Arfan dan GM Novendra Priasmoro juara di pertandingan catur Pertamina Indonesian GM Tournament 2024.

Baca Selengkapnya

Hari Buruh, SPAI Desak Pemerintah Hapus Hubungan Kemitraan antara Pengemudi Ojol dengan Aplikator

1 hari lalu

Hari Buruh, SPAI Desak Pemerintah Hapus Hubungan Kemitraan antara Pengemudi Ojol dengan Aplikator

SPAI kembali mendesak pemerintah untuk menghapus hubungan kemitraan antara pengemudi ojol dan kurir dengan aplikator.

Baca Selengkapnya

Gempa Garut, Pertamina Pastikan Operasional tetap Berjalan

3 hari lalu

Gempa Garut, Pertamina Pastikan Operasional tetap Berjalan

PT Pertamina Patra Niaga memastikan operasionalnya masih berjalan aman pascagempa di Garut, Jawa Barat pada Sabtu, 27 April 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

5 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

5 hari lalu

PGN Optimalkan Produk Gas Alam Cair

PGN mulai optimalkan produk gas alam cair di tengah menurunnya produksi gas bumi.

Baca Selengkapnya

Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

7 hari lalu

Cara Mendaftar Sebagai Penerima LPG 3 Kg Bersubsidi

Bagi masyarakat yang belum terdaftar sebagai pembeli LPG 3 kg harus menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga (KK) di pangkalan atau penyalur resmi.

Baca Selengkapnya

Di Hannover Messe 2024, Pertamina Patra Niaga Bicara Pemerataan Energi Indonesia

8 hari lalu

Di Hannover Messe 2024, Pertamina Patra Niaga Bicara Pemerataan Energi Indonesia

PT Pertamina (Persero) dan PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading berpartisipasi dalam pameran industri terkemuka internasional

Baca Selengkapnya

Ragam Kegiatan yang Mengganggu Fokus saat Mengemudi

9 hari lalu

Ragam Kegiatan yang Mengganggu Fokus saat Mengemudi

Ada tiga kategori utama pemicu distraksi saat mengemudi, visual, fisik, dan kognitif. Berikut sembilan hal yang bisa mengalihkan perhatian di jalan.

Baca Selengkapnya

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

9 hari lalu

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) melakukan berbagai inisiatif untuk menjaga lingkungan.

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Klaim Berhasil Turunkan Emisi Karbon

9 hari lalu

Pertamina International Shipping Klaim Berhasil Turunkan Emisi Karbon

PT Pertamina International Shipping (PIS) mengklaim dekarbonisasi yang dilakukan perusahaannya dapat menurunkan emisi karbon.

Baca Selengkapnya