TEMPO Interaktif, Jakarta: Operator busway Transbatavia mengeluhkan kualitas gas yang disalurkan oleh PT Petross.
"Gas yang disalurkan Petross masih mengandung air," kata Jabes Sihombing, Direktur Operasional Transbatavia saat rapat kerja dengan Komisi B, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta, Jumat (3/4).
PT Petross adalah pemilik pom gas di Jalan Perintis dan Rawa Buayam Jakarta Timur. Pom tersebut melayani pasokan gas untuk seluruh kebutuhan di Jakarta termasuk busway.
Jabes menjelaskan, gas yang disalurkan Perusahaan Gas Negara ke Petross masih mengandung titik air sebanyak 47,17 Lbs/MMSCF.
"Padahal, toleransi mesin bus kami hanya mampu menerima kandungan air pada gas 2 hingga 3 Lbs/MMSCF," kata dia.
Jabes lalu mengungkapkan, pihaknya selalu melakukan pengurasan tabung gas pada mesin setiap enam bulan sekali. "Setiap kali pengurasan, kami menemukan adanya air sebanyak 12 liter di dalam tabung," kata dia.
Jabes mengungkapkan, kadar air tersebut mengganggu komponen mesin. "Sehingga menambah biaya perawatan, karena mengurangi umur komponen mesin," kata dia.
Jabes mengungkapkan, ini merugikan operator. "Selain kualitas gas yang kurang baik, kami juga harus membayar harga gas lebih mahal dibandingkan harga gas yang dibayarkan Badan Layanan Umum Transjakarta," jelasnya.
Transjakarta membeli gas sebesar Rp 2.026 per liter gas. Sedangkan Transbatavia dikenai harga harga Rp 2.562 per liter gas. Sehingga biaya operasi armada Transbatavia lebih mahal.
Transjakarta merupakan operator busway konsorsium sejumlah usaha angkutan milik pemerintah daerah, sedangkan Transbatavia merupakan operator busway konsorsium sejumlah perusahaan angkutan swasta.
EKA UTAMI APRILIA