TEMPO Interaktif, Jakarta: Selama lima tahun (sejak 1998) PT PAM Lyonnaise Jaya mengalami defisit atau shortfall Rp 400 miliar. Hal itu diungkapkan Thierry Krieg, Presiden Direktur PT PAM kepada wartawan di Restoran Mori Jo Klub Golf Senayan di sela-sela acara silaturahmi dengan media, Selasa (9/12). Menurutnya, kontrak kerja dengan pemerintah DKI selama 25 tahun akan menemukan jalan keluar untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis pengolahan air ini. Sejak kontrak diawali 1998, Bernard Lafgrone, Komisaris PT Palyja mengatakan telah terjadi inflasi sekitar 170 persen. Sedangkan besaran inflasi kenaikan tarif sekitar 127 persen. "Ada gap yang harus disesuaikan," kata Bernard yang duduk berdampingan dengan Thierry. Oleh karena itu, pihaknya perlu untuk menyampaikan hal itu kepada Badan Regulator untuk menaikkan tarif air minum di DKI Jakarta. Ini untuk menutupi biaya operasional, yang mencakup penyediaan zat kimia sebagai unsur variabel dan membayar gaji karyawan sebagai biaya rutin. Khusus penyedia air baku PT Jasa Tirta II telah menaikkan biayanya sebesar 60 persen.Diterangkan Resza, Manager Contract Commpliance PT Palyja, air baku semula harganya Rp 40 per meter kubik menjadi Rp 85 per meter kubik. Sedangkan air curah dari PAM Tangerang dibeli Rp 2600 liter per detik. Dan kenaikan listrik setiap tahun sebesar 24 persen. ?Belum lagi capital ekspenditur untuk meningkatkan investasi dan rehabilitasi serta pendapatan," kata Resza. Selama lima tahun PT Palyja telah mengalami penambahan jumlah pelanggan. Semula 200 ribu pelanggan menjadi 375 ribu pelanggan. Selanjutnya mengenai tingkat kebocoran pipa yang semula 61 persen kini menurun menjadi 45 persen.Martha Warta Silaban - Tempo News Room
Berita terkait
Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper
1 menit lalu
Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper
Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.