Mayoritas Industri di Tangerang Gunakan Air Tanah

Reporter

Editor

Minggu, 19 Februari 2012 09:41 WIB

TEMPO/Arie basuki

TEMPO.CO, Tangerang - Hampir seluruh industri di Kabupaten Tangerang selama ini menggunakan air bawah tanah. Eksplorasi air bawah tanah oleh kalangan industri besar dan industri kecil yang sudah terjadi puluhan tahun ini dinilai menjadi ancaman serius terhadap lingkungan dan kondisi air di wilayah itu.

”Dari 4.000 lebih industri yang ada di Kabupaten Tangerang saat ini, 95 persen atau hampir semuanya menggunakan air tanah,” ujar Sekretaris Tim Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Kerja Sama Air Bersih Pemerintah-Swasta Kabupaten Tangerang, Yenni M. Zein, kepada Tempo, Ahad 19 Februari 2012.

Bahkan, kata Yenni, dari sekian banyak industri pengguna air tanah tersebut, hanya sedikit yang berizin dan jujur. ”Izin pengambilan air tanahnya cuma satu dan dua lubang, tapi pada prakteknya kalangan industri tersebut memiliki 2-5 lubang sumur bor dengan kedalaman di luar ketentuan.”

Tim Monitoring Evaluasi dan Pelaporan Kerja Sama Air Bersih Pemerintah-Swasta Kabupaten Tangerang yang terdiri dari Badan Penanaman Modal Daerah, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Kesehatan telah melakukan evaluasi dan monitoring terhadap dampak jangka panjang dari eksplorasi air bawah tanah oleh kalangan industri tersebut. ”Hasilnya sungguh mencengangkan,” kata Yenni yang merupakan Kepala Bidang Kerja Sama Daerah Badan Penanaman Modal Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan data dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, kata Yenni, akibat ribuan industri di wilayah Pasar Kemis, Cikupa, Curug, Balaraja, menggunakan air bawah tanah untuk bahan baku produksinya, dalam jangka panjang telah berdampak pada kualitas dan kuantitas air bawah tanah dan kondisi tanah di wilayah tersebut.

”Eksplorasi air bawah tanah menyebabkan rongga tanah semakin membesar, terjadilah instrusi air laut dan air sumur menjadi payau,” katanya. Kondisi tersebut, kata Yenni, saat ini sudah sampai di bilangan Balaraja dan Cikupa yang berjarak sekitar 30-40 kilometer dari laut.

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kabupaten Tangerang mengakui bahwa dari 4.000 lebih industri hanya sekitar 10 persennya yang memiliki izin mengambil air bawah tanah. ”Yang tercatat di kami hanya 1.347 industri,” ujar Kepala Bidang Pelayanan Perijinan BP2T Kabupaten Tangerang, Ahmad Hafiz.

Menurut Hafitz, tiap dua tahun sekali industri-industri yang terdaftar mengambil air tanah memperpanjang Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) Bawah Tanah tersebut. Pajak yang dikenakan pun relatif kecil, yaitu Rp 500 ribu per bulan.

Secara terpisah Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang Muchlis menilai sudah saatnya pemerintah daerah melakukan tindakan tegas terhadap industri-industri yang menggunakan air tanah tersebut. ”Dibiarkan atau dihentikan,” ujar politikus PDIP ini.

Menurut Muchlis, jika memang pemerintah memberikan izin, sudah selayaknya industri yang menggunakan air tanah mengurus izin, membayar pajak, sehingga retribusinya bisa menjadi sumber pendapatan daerah. ”Potensi pendapatan di sektor ini sungguh luar biasa,” katanya.



Jika memang pemerintah ingin menghentikan pemakaian air bawah tanah oleh kalangan industri ini, menurut Muchlis, harus dihentikan dengan membuat regulasi dan aturan yang tegas dan melakukan penertiban. ”Dan tidak memperpanjang SIPA,” katanya. Dari sisi pendapatan daerah, kata Muchlis, pajak pengambilan air tanah masih sangat minim.

JONIANSYAH

Berita terkait

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

9 hari lalu

Ini Target Indonesian di World Water Forum ke-10

World Water Forum ke-10 merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mendorong terciptanya solusi konkret untuk mengatasi persoalan air

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

46 hari lalu

Mahasiswa UI Raih Pendanaan Internasional untuk Atasi Krisis Air Bersih di Depok

Tim mahasiswa UI mendapat pendanaan untuk proyek solusi air bersih di Cipayung. Disesuaikan dengan target pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

Baca Selengkapnya

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

50 hari lalu

BRIN Genjot Penelitian Mengenai Krisis Air, Apa Saja Solusi yang Dikembangkan?

BRIN mendorong penguatan riset dan inovasi terkait solusi krisis air. Berbagai teknologi pengelolaan air dikembangkan.

Baca Selengkapnya

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

28 Februari 2024

BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

Krisis air diproyeksikan akan meningkat karena pertumbuhan populasi dan kebutuhan pembangunan.

Baca Selengkapnya

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

16 November 2023

Dalam 5 Tahun Terakhir, Kekeringan di Tangsel Meningkat

Untuk membantu warga yang mengalami krisis air bersih, BPBD Tangsel terus mendistribusikan air bersih.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

29 Oktober 2023

Kebakaran Hutan Gunung Merbabu Rusak Pipa Air, 1.200 Warga Boyolali Alami Krisis Air

Kebakaran hutan Gunung Merbabu, Jawa Tengah yang telah merambah wilayah Kabupaten Boyolali menyebabkan pipa saluran air bersih

Baca Selengkapnya

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

16 Oktober 2023

Antisipasi Perubahan Iklim dengan Perubahan Gaya Hidup

Kepala BMKG mengatakan perubahan gaya hidup menjadi kunci mengantisipasi krisis air dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

BMKG Meminta Kesetaraan dan Keadilan Akses Air Bersih di World Water Forum

13 Oktober 2023

BMKG Meminta Kesetaraan dan Keadilan Akses Air Bersih di World Water Forum

Salah satu penyebab utama krisis air bersih adalah terus meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara.

Baca Selengkapnya

Ancaman Krisis Air Bersih di Jakarta, Anggota DPRD: Terlalu Banyak Penduduk

9 Oktober 2023

Ancaman Krisis Air Bersih di Jakarta, Anggota DPRD: Terlalu Banyak Penduduk

Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta minta pemerintah DKI Jakarta kendalikan jumlah penduduk yang dianggap jadi penyebab munculnya krisis air bersih.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Sebut PAM Jaya Akan Kerja Sama dengan PUPR untuk Atasi Krisis Air Bersih

4 Oktober 2023

Heru Budi Sebut PAM Jaya Akan Kerja Sama dengan PUPR untuk Atasi Krisis Air Bersih

PAM Jaya bangun reservoir komunal Waduk Pluit bertujuan untuk mengatasi kekurangan air bersih di wilayah Rusun Waduk Pluit,

Baca Selengkapnya